Solo – Pusat Studi Javanologi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta hingga saat ini telah berjalan sekitar empat tahun. Dalam kurun waktu empat tahun itu, Javanologi memiliki isu yang berbeda-beda.
“Tahun 2015 ini, isu yang kami tengahkan adalah kearifan lokal dan industrialisasi budaya,” jelas Kepala Pusat Studi Javanologi UNS, Prof Sahid Teguh Widodo PhD saat bertemu Timlo.net, di Kampus UNS, Solo, kemarin.
Menurut Prof Sahid, kearifan lokal dan industri kreatif sangat terkait. Kearifan lokal apabila tidak memiliki dampak ekonomi, mesti tidak akan bagus dan tidak laku dijual.
Misalnya, kuliner. Menurut pakar Jawa itu, setelah masuk di perpustakaan Reksopustoko Keraton, ternyata kuliner keraton banyak jumlahnya, terutama kuliner yang berhubungan dengan kesehatan, baik fisik maupun rohani.
Dijelaskan, berbagai kegiatan dalam Javanologi UNS senantiasa menjunjung tinggi cita-cita dan semangat, dimana tujuannya antara lain di bidang pengajaran, penelitian, pengabdian, pertemuan ilmiah, sarasehan, penanganan naskah, penerjemahan, penerbitan, penataran, kursus, pameran, pementasan dan sebagainya.
“Setiap kegiatan melibatkan pakar-pakar di bidangnya yang meliputi pakar bahasa dan sastra Jawa, fisiologi Jawa, filsafat dan kedokteran,” jelasnya.
Kemajemukan bidang dan kepakaran tersebut mencerminkan banyaknya bidang kebudayaan Jawa yang menjadi obyek kajian dan ruang
lingkup kegiatan Javanologi UNS. Kemajukan juga tampak dari polarisasi wilayah kajian kebudayaan Jawa yang tidak hanya terbatas di Surakarta dan Yogyakarta, namun merambah hingga ke ranah budaya Jawa Timur, Jawa Barat, pesisiran dan pendalaman.
“Artinya wilayah kebudayaan Jawa tidak terbatas pada aspek geografis administrative, namun lebih pada perpektif kulturalnya,”
pungkasnya.