Boyolali — Julukan Kota Susu sudah melekat kepada Kabupaten Boyolali. Hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakatnya adalah peternak sapi, baik sapi perah maupun sapi biasa yang menjadikan susu sebagai salah satu komoditasnya. Namun, seiring dengan kian mahalnya harga pakan ternak, para petani semakin bingung dalam mengelola peternakannya.
Hal tersebut diungkapkan anggota DPR dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah (Dapil Jateng) V, Abdul Kharis Almasyhari saat mengadakan kegiatan serap aspirasi di Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, Kamis (5/3) malam. Demikian rilis Humas PKS Solo yang diterima Timlo.net, Jumat (6/3).
“Sebagian besar penduduk Selo bermata pencaharian sebagai peternak sapi, namun masyarakat mengeluhkan mahalnya harga pakan seperti konsentratn dan lain-lain,” ujar Kharis.
Dikatakan, para peternak sapi di Selo tidak memiliki kekuatan untuk menekan harga pakan agar murah, sehingga mereka harus manut dengan penjual pakan. Di sisi lain, para peternak tersebut juga merasa terhimpit keadaan karena di pasar, harga sapi tidak terlalu tinggi, dan mereka harus mengikuti keinginan pembeli.
“Kondisi peternak di sana terjepit keadaan, beli pakan mahal pas jual murah,” ujarnya.
Sementara itu, kondisi tak berbeda juga dirasakan oleh para petani di Selo. Harga jual sayur mayur seperti wortel hanya mencapa Rp 1.500 perkilo.
“Para petani di sana mengatakan sayur mayur hasil pertaniannya hanya dihargai murah. Menurut mereka, hal tersebut penyebab utamanya adalah membanjirnya sayur impor dari China yang harganya lebih murah,” tambah Kharis.
Melihat kondisi tersebut, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu berjanji akan melindungi para petani dan peternak di Selo. Menurutnya, dibutuhkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang lebih melindungi kesejahteraan rakyatnya.
“Kami akan terus menekan pemerintah untuk mengndalikan harga pasar. Selain itu pembatasan impor juga penting agar para peternak terlindungi,” pungkasnya. (*)