Klaten – Tewasnya Parno (32) warga Dusun Jiwo Kulon, Desa Trotok, Kecamatan Wedi, membawa duka mendalam bagi istrinya, Hartini. Kepergian sang suami ternyata sudah ada firasat sebelumnya. Parno sendiri tewas dibacok Sunaryo alias Gareng, tetangganya Senin (17/3).
“Mak, aku arep munggah pengen ketemu bapak nang dhuwur.” Ini pesan terakhir yang disampaikan Parno kepada istri tercintanya, Hartini.
“Bapak pamit seperti itu. Penangkapan saya, dia ingin dimakamkan di tempat kelahirannya di Dusun Prengguk, Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul,” ujar Hartini saat ditemui di rumah duka, Selasa (17/3).
Saat peristiwa pembacokan, Hartini menceritakan, Parno sebenarnya hendak menolong kakak iparnya, Rohdi, yang lebih dulu tersungkur oleh sabetan clurit Gareng. Namun saat Parno mendekat, Gareng malah mengacungkan clurit dan mengejar suaminya tersebut.
“Saat itu suami saya (Parno, Red) hanya mengenakan celana kolor dan bertelanjang dada. Dia keluar dari rumah karena mendengar teriakan kami, ibu-ibu yang mengetahui kang Rohdi jatuh bersimbah darah. Ketika hendak membopong kang Rohdi, si Gareng malah berlari membacok suami saya,” jelasnya terbata-bata.
Setelah membacok, lanjut Hartini, pelaku langsung masuk ke rumahnya. Warga serta kerabat kemudian berhamburan keluar menolong suami dan kakak iparnya.
“Saya tidak tahu apa yang yang harus dilakukan. Pasalnya, organ dalam terburai keluar. Spontan saya mengikat luka suami dengan kain, sebelum dibawa ke rumah sakit,” lanjutnya.
Pasca kematian suaminya, Hartini berharap pelaku dihukum setimpal sesuai perbuatannya.
“Ibarat hutang nyawa harus dibayar nyawa, pelaku harus mendapat hukuman yang seberat-beratnya. Kalau Gareng sampai keluar, jangan sampai menginjakkan kaki di Jiwan Kidul lagi,” harapnya.