Klaten – Puluhan pelayat berdatangan memenuhi rumah duka Parno, korban pembacokan oleh Sunaryo alias Gareng, di Dusun Jiwo Kulon, Desa Trotok, Kecamatan Wedi, Selasa (17/3).
Berhadapan persis dengan rumah Parno, sebuah rumah terkunci rapat, tampak kondisinya tidak terawat, dipenuhi pelayat yang duduk lesehan diemperan rumah berjendela papan kayu itu.
“Ini rumah Gareng. Sehari-hari dia tinggal bersama ibunya yang sudah lanjut usia. Tapi, sejak setengah bulan lalu, ibunya pergi dari rumah,” kata salah seorang warga setempat, Sukamdi (56).
Menurut Sukamdi, semenjak dua tahun lalu Gareng pulang ke kampung halamannya setelah merantau bertahun-tahun dari ibukota.
“Sebelum pulang ke Jiwo Kulon, dulu Gareng termasuk salah seorang pemuda yang hidup berkecukupan di Jakarta. Bahkan, setiap kali pemuda sini hendak mencari kerja di Jakarta, rumah Gareng sering menjadi penampungan bagi perantau asal Klaten,” ujarnya.
Karena usahanya di Jakarta ambruk, sambung Sukamdi, mungkin hal itulah yang menyebabkan Gareng sering menyendiri dari pergaulan, bahkan berkelakuan aneh dan tak jarang mengamuk.
“Setelah bisnisnya ambruk, kabarnya dia juga ditinggal pergi pacarnya di Jakarta,” lanjutnya.
Senada juga disampaikan Jumadi (43). Ia menambahkan, beberapa waktu lalu, Gareng sempat menebangi pohon pisang dipekarangan rumahnya.
“Ceritanya gareng mau menjual buah pisang. Tapi ternyata buah pisangnya masih muda dan tidak laku dijual. Pulang-pulang, dia ngamuk menebas pohon pisang dipekarangannya. Tak jarang, setiap sore, dia sering melamun sendirian sembari mengasah clurit yang dipegangnya saat kejadian,” paparnya.