Solo – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo merasa prihatin dengan kondisi penyiaran media televisi saat ini. Karena, media dianggap lebih menonjolkan budaya luar negeri, dibandingkan dengan kearifan lokal. Hal ini disampaikan Ganjar saat menjadi Keynote Speaker dalam seminar semarak penyiaran Jawa Tengah di Sahid jaya Hotel, Jumat (31/7).
“Menang terjadi pergeseran nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat. Padahal untuk tayangan di luar negeri sendiri, tayangan bertema kearifan lokal bisa menjadi trend di negara lain,” ungkapnya.
Dalam seminar bertajuk Kearifan Lokal vs Budaya Pop di Televisi itu, dia juga menyayangkan minimnya ruang di media bagi penyerapan budaya lokal. Dia mencontohkan, jika Televisi nasional mau menyerap sedikitnya 10 persen dari budaya lokal, tentu hal ini akan menjadi benteng bagi gempuran budaya luar yang masuk.
“Masih sangat minim. Misalnya TV dan radio membuat membuat program siaran tentang budaya lokal 10 persen dari jam tayang mereka, pasti semua budaya akan terekspose, dan ini akan menjadi pertahanan budaya,” kata dia.
Sementara ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah, Budy Setyo Purnomo mengatakan kearifan lokal sangat penting dan harus dipertahankan dari pergeseran norma-norma. Sehingga dirinya menggalakkan kembali siaran-siaran berbasis kelokalan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pergeseran budaya, dan hilangnya jatidiri bangsa.
“Siaran berbasis lokal budaya harus terus ditingkatkan, untuk menghindari hilangnya jatidiri bangsa,” kata dia.