Timlo.net – Seorang warga Kota Batu, Jawa Timur bernama Junaidi Sjahrudin Marjun menjadi salah satu korban tragedi Mina, Arab Saudi. Dia menjadi korban karena mengantar anggota kelompoknya untuk melempar jumrah. Guru agama ini sebelumnya telah melempar jumrah terlebih dahulu bersama istrinya, sebelum kemudian kembali untuk mengantarkan temannya.
“Bapak sudah melempar jumrah lebih dahulu, kemudian mengantar orang lain yang sudah sepuh (tua), termasuk paman ibu saya, Pak Machin,” kata Zulfan Abdul Halim, anak pertama Junaidi di rumahnya, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu, Senin (28/9).
Tetapi setelah pamit mengantar temannya itu, dia tidak juga kembali. Padahal orang-orang yang diantarkan justru sudah berkumpul untuk menuju ke hotel.
Junaidi sendiri sebagai ketua regu yang mengkoordinir 11 jemaah lain asal Kota Batu. Tetapi saat ditunggu-tunggu tidak juga muncul.
“Karena ditunggu lama belum ada kabar, ibu akhirnya kembali ke hotel bersama rombongan. Ibu kemudian telepon dari hotel ke rumah sini,” sambungnya.
Tetapi dalam daftar korban meninggal maupun daftar yang sakit tidak ditemukan. Sehingga keluarga kebingungan mencari informasi.
“Ibu dan adik saya yang menjadi petugas haji terus mencari sambil berusaha menyakinkan diri kalau masih ada harapan. Kemungkinan hanya tersesat saja,” katanya.
Keluarga melakukan kontak terakhir sebelum ke Arafah, Junaidi bercerita jadwal-jadwalnya kalau mau ke Mina, Muzdalifah dan lainnya. Saat itu, Junaidi yang berprofesi sebagai guru agama di SMP Negeri 3 Beji, Kota Batu itu menceritakan kalau bersama-sama temannya lancar menjalankan ibadahnya.
Namun malang, keluarga kemudian mendapat kabar bahwa Junaedi menjadi salah satu korban tewas di insiden Mina. Mendapat kabar duka itu, keluarga langsung menggelar acara tahlilan untuk mendoakan almarhum.
“Setiap hari keluarga memang rutin baca Alquran sejak ayah berangkat, tetapi malam nanti insya Allah ditambah tahlil. Kalau dihitung dari kejadian, malam ini sudah malam kelima,” katanya.
[rnd]Sumber: merdeka.com