Timlo.net – Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Krishna Murti mengatakan, pelaku pembunuhan Neng termasuk dalam kategori paedofil. Neng yang jenazahnya ditemukan dalam kardus diduga kuat menjadi korban secara acak oleh paedofil.
“Mereka mencari mangsa di mana-mana, tidak milih-milih. Ia bisa sesuka hatinya melakukan kekerasan terhadap anak ini,” ungkap Krishna saat ditemui di lokasi TKP, Jalan Kamal, Kalideres, Jakarta Barat, Minggu (4/10).
Lebih lanjut, Krishna menduga pelaku pembunuh bocah malang tersebut dilakukan di luar lokasi. Tim penyidik melakukan penyusuran olah TKP yakni Tanah Kosong di sebelah TPU Tegal Alur, Kamal, Jakarta Barat.
“Seperti seolah di jalan raya sampai di dekat rumahnya juga bisa dijadikan TKP. Ini tidak bisa digambarkan secara sederhana,” papar Krishna.
Sebelumnya, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya subdit Jatanras menurunkan anjing pelacak. Pada saat pelacakan, anjing tersebut mengarah ke salah sebuah rumah warga yang berada di Jalan Sahabat, Kamal, Jakarta Barat.
Pemilik rumah merasa kaget lantaran anjing pelacak itu mencium bau darah yang mengarah ke rumah miliknya.
“Saya nggak tahu apa-apa pak. Pintu rumah saya ini memang selalu kebuka dari pagi sampai magrib nggak pernah ditutup,” ucap pemilik rumah, Tuti, Minggu (4/10).
Ketika polisi menanyai para pemilik rumah, seluruh anggota rumah langsung merasa panik. Pasalnya rumah tersebut dihuni oleh 8 orang anggota keluarga, namun sejak pagi hingga malam hari hanya ada 3 orang penghuni di rumah tersebut.
“Saya mah dari pagi sampe sore jadi kuli cuci mbak di sana, jauh. Anak saya dan mantu juga kerja,” tukasnya.
Lebih jauh Tuti, dalam sehari-hari sejak pagi hingga sore, di rumah tersebut hanya ada anak terakhirnya, cucu serta suaminya yang sedang sakit-sakitan.
“Kita mah nggak tahu apa-apa mbak. Suami sama anak dan cucu saya biasanya pada tidur di ruang tengah. Kalau ada orang masuk juga nggak kedengeran,” paparnya.
Sebagai informasi, di dekat rumah korban memang ada lubang yang dilalui warga sebagai jalan pintas yang digunakan menuju tempat pemakaman umum.
“Di sini memang suka ada yang lalu lalang. Orang biasanya kalau mau ke TPU suka lewat lubang itu. Tapi kita nggak tau apa-apa. Malam-malam kita tidur. Besok pagi ada warga ribut-ribut ada mayat dibuang kita baru tahu,” tandasnya.
[ren]Sumber : merdeka.com