Solo – Mengangkat potensi kejayaan masa lalu tentang seni janur, Kirab Budaya Astana Utara Nusukan kembali digelar, Minggu (21/11). Ratusan warga Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari, mulai dari anak-anak hingga orang tua begitu antusias mengikuti kirab.
“Di Nusukan, tahun 70-an pernah juara nasional seni janur. Namun, saat ini mati. Oleh karena itu, melalui kirab ini kita gerakkan lagi,” kata Ketua Panitia Kirab Budaya, Lilik Kusnandar saat ditemui Timlo.net di sela acara.
Kreasi seni janur, ujar Lilik, terlihat pada 24 tumpeng yang dibuat oleh 24 RW. Setiap tumpeng diminta dihiasi janur sesuai kreatifitas masing-masing RW. Tema kirab janur baru kali ini diangkat mengingat sebelum-sebelumnya tema yang diusung masih mencari-cari.
Sebelum pelaksanaan kirab, sempat digelar pula workshop seni janur selama sepekan. Berbagai kreasi unik bisa dibuat dari janur seperti keperluan adat pernikahan seperti kembar mayang. Selain itu, janur bisa dibuat mainan seperti ulat, kodok, ayam dan juga untuk umbul-umbul.
Lilik menambahkan, kirab yang kali keempat digelar ini diharapkan juga bisa mengangkat potensi wisata Astana Utara. Selama ini, Astana Utara yang merupakan makam Mangkunegara VI belum dikenal luas oleh publik.
“Paling tidak masyarakat tahu, Astana Utara itu makamnya siapa dan kiprah Mangkunegara VI seperti apa,” ujar dia.
Kirab Budaya mengambil start dari Lapangan Nusukan melewati Jl Piere Tendean dan berbelok ke Jl Astana Utara dan berakhir di Astana Utara.
Penjabat (Pj) Walikota Solo, Budi Suharto berharap kirab budaya bisa menjadi alat pemersatu warga untuk selalu hidup rukun.
“Beda pendapat harus dipelihara dalam kebersamaan. Jangan sampai ada permusuhan diantara kita. Kirab budaya ini harus menjadi kebersamaan diantara kita,” ungkap dia.