Timlo.net — Kita mengenal Yati Surahman sebagai seorang aktris yang punya kemampuan akting luar biasa. Ia pernah mendapat penghargaan sebagai The Best Actress di Festival Film Asia Pasifik tahun 1980 atas perannya dalam film kontroversial, PERAWAN DESA.
Disutradarai oleh Frank Rorimpandey, film ini mengisahkan kejadian nyata yang menimpa seorang pedagang telur dari Godean, Yogyakarta, bernama Sum Kuning. Ia diperkosa oleh beberapa anak pejabat. Yati merasa punya kemampuan untuk berakting di situ dan langsung meninggalkan dunia tarik suara yang digeluti sebelumnya.
“Saya punya kemampuan di film, dapat penghargaan di Piala Pasific. Makanya nyanyi gue tinggalin, gue gak akan nangis buat diri gue, tapi buat dibayar,” katanya saat ditemui di sela-sela syuting FTV Catatan Harian Niken di Studio Persari, Jakarta Selatan.
Ia pun menguak jika dirinya pernah bekerja di anak perusahaan Pertamina sebelum memutuskan masuk ke dunia hiburan.
“Setahun setengah di Pertamina Elnusa (PT Elnusa Tbk). Pas mulai dunia seni, sering nitip absen, tapi enggak enak makan gaji buta. Sampai direktur datang ke rumah bilang ke bokap, ‘Anak lu bego, ya’,” kenangnya.
Yati pun nekat terjun ke dunia akting dan membintangi film pertamanya di tahun 1976, INEM PELAYAN SEKSI.
“Bayaran pertama tahun ’76, dapat 150 ribu. Gue cuma minta 20 ribu, terus traktir temen-temen gue makan bakso di Gondangdia. Dapat rezeki pertama itu makan mie kata orang Cina, biar bisa manjang terus, gak putus-putus rezekinya,” jelasnya.
Kurang lebih 3 dekade berkarya, ada satu hal yang dibenci Yati, yaitu disamakan dengan aktris lain.
“Saya tuh enggan disama-samain sama bintang lain. Pernah waktu terkenal disamain sama Yenny Rahman dan Yati Octavia, bahkan pernah dibilang mirip Ira Wibowo pas Pawai FFI di daerah Palembang, promo film 1987,” tuturnya.
(kpl/aal/tch)
Sumber : merdeka.com
