Solo – Tanaman Sambiloto merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan masyarakat sebagai obat tradisional Indonesia. Dari data Badan POM tahun 2002 tercatat ada sekitar 940 spesies tanaman yang berpotensi berkhasiat obat. Diantaranya Simplisia sambiloto termasuk 50 jenis simplisia utama yang dibutuhkan oleh industri jamu.
“Tanaman yang memiliki nama latin Andrographus paniculata mempunyai nilai ekonomis yang sangat signifikan,”ujar Guru Besar UNS, Prof Dr Ir Bambang Pujiasmanto MS saat bertemu Timlo.net, Kampus Fakultas Pertanian UNS, Kentingan Solo, Rabu (6/1).
Menurut Bambang, Sambiloto memiliki kandungan kimia yang cukup potensial. Tanaman ini dijadikan salah satu tanaman prioritas untuk pengembangan obat fitofarmaka. Kandungan kimia yang telah diketahui antara lain laktone, andrographolide, flavonoid, asam karsik dan beberapa mineral.
Bambang yang juga Dekan Fakultas Pertanian UNS mengatakan, Sambiloto tumbuh liar tersebar di bawah tegakan pohon jati atau bambu pada ketinggian 1-1.600 di atas permukaan laut. Pada musim kemarau, Sambiloto banyak dijumpai di bawah tegakan hutan rakyat maupun hutan produksi, seperti pinus dan hutan jati.
Tanaman sambilo sebagai bahan obat tradisional makin banyak peminatnya. Sehingga permintaan sambiloto terus meningkat.
“Karena itu, pengambilan yang terus menerus dari habitat aslinya, tanpa mengadakan pembudidayaan dikhawatirkan sambiloto punah atau habis,” ungkapnya.