Solo – Minimnya pemahaman literasi keuangan dan juga banyaknya kasus investasi bodong menjadi pemicu utama bagi masyarakat untuk tidak berinvestasi di pasar modal. Oleh sebab itu, upaya edukasi kepada semua lapisan masyarakat sangat diperlukan jika tidak ingin Indonesia dalam keterpurukan.
“Tingkat pemahaman literasi keuangan masyarakat kita hanya 0,2 persen dari total penduduk Indonesia. Padahal idealnya jika berkaca pada Singapura adalah 15 persen,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Yogjakarta Bursa Efek Indonesia (BEI), Irfan Noor Riza kepada wartawan, Kamis (28/1).
Sedangkan berbicara tentang kepemilikan saham, dari sekitar 400 ribuan investor yang ada di Indonesia, lebih dari setengahnya atau 63 persen dikuasai oleh asing. Melihat data tersebut menurutnya sangat ironi, karena keuntunganya hanya mengalir kepada investor asing.
“Sehingga sebenarnya negara kita ini belum bisa dikatakan merdeka. Bagaimana tidak? Perusahaanya di Indonesia, menggunakan sumber daya alam Indonesia, produknya dibeli oleh orang Indonesia namun keuntunganya mengalir ke orang asing,” jelasnya.
Ia menyampaikan, jika minimnya kesadaran investasi masyarakat Indonesia dipasar modal karena minimnya pengetahuan tentang literasi keuangan. Terlebih banyaknya kasus investasi bodong. Sehingga mayarakat lebih memilih untuk investasi ke yang lain.
“Padahal itu bukan solusi, dan jika dibiarkan justru akan memperburuk keadaan. Oleh karena itu edukasi kepada masyarakat memang sangat diperlukan. Karena untuk investasi dipasar modal tidak perlu membutuhkan biaya mahal. Bahkan hanya dengan nominal Rp 5 Ribu setiap orang bisa membeli saham perusahaan dan keuntungan lebih menjanjikan,” tandasnya.
Sementara itu, CEO MNC Group, Hary Tanoesoedibjo dalam sambutanya menuturkan, jika berkembangnya sebuah negara bisa dilihat dari aktifitas pasar modal. Karena jika negara hanya mengandalkan pasar keuangan konvensional, hasilnya tidak akan maksimal.
“Amerika, Rusia dan Cina itu bisa berkembang karena penerapan sistem pasar modal. Mereka sangat paham jika hanya mengandalkan pasar keuangan konvensional tidak akan kuat,” ungkapnya.
Untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal berinvestasi di pasar modal, menurutnya memang dibutuhkan kejelian dalam menganalisa. Hal itu diperlukan agar mereka yang berinvestasi bisa memprediksi resiko yang akan dihadapi.