Solo – Sejumlah penjual makanan di Solo Indonesia Culinary Festival (SICF) 2016 mengeluhkan minimnya meja dan kursi untuk pembeli dari panitia. Selain itu, tidak adanya tempat ibadah juga menyulitkan penjual dan pengunjung yang ingin salat.
“Seharusnya panitia memperhitungkan dengan stan sebanyak ini, berapa banyak meja kursi yang harus disediakan,” kata salah satu penjual, Riyanti Raissa (43), Sabtu (9/4).
Sejumlah pedagang mengaku cukup banyak pembeli yang membatalkan pesanan karena tidak kebagian tempat duduk. Hal itu dirasa merugikan pedagang karena kehilangan pemasukan potensial.
Di siang hari, permasalahan tersebut kurang terasa lantaran jumlah pengunjung tak terlalu banyak. Tapi ketika pengunjung membludak di malam hari, dampak minimnya perabot mulai terasa.
“Kita sampai bawa meja kursi sendiri. Itu pun masih banyak yang nggak jadi beli,” kata dia.
Penjual lain, Hari Sumawan juga mengeluhkan masalah yang sama. Sayangnya ia tak bisa menambah perabot karena ia berdomisili di Yogyakarta. Meja yang sedianya digunakan untuk memasak pun disulap menjadi meja makan.
“Untungnya kita bawa meja lebih. Jadi bisa kita manfaatkan,” kata dia.
Selain minimnya perabot, ia juga mengeluhkan absennya fasilitas tempat ibadah di venue SICF 2016. Beruntung ia bisa menumpang salat di masjid PT. Telkom yang letaknya tak jauh dari lokasi SICF.
“Tapi hari ini karena Telkom tutup, kita ya nggak bisa salat di sana. Terpaksa kita gelar tikar di belakang stand untuk salat,” keluhnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Eni Tyasni Suzana mengatakan panitia memang sengaja membatasi jumlah perabot makan demi kenyamanan pengunjung. Alasannya, pengunjung tidak akan leluasa berkeliling area SICF bila terlalu banyak meja dan kursi di tengah-tengah venue.
“Kalau masalah tempat ibadah, itu memang belum terpikirkan. Itu masukan yang bagus sekali. Untuk event mendatang, kita akan sediakan,” jawabnya.