Boyolali — Pepaya jenis MJ9 atau biasa dikenal dengan nama pepaya Thailand, saat ini sangat sulit didapatkan di Boyolali. Hal ini disebabkan, turunya produktivitas pohon pepaya menghasilkan buah. Salah satu penyebabnya dipengaruhi kesuburan tanah.
“Mestinya kan tiap dua tahun lahan diistirahatkan, biar kesuburan tanah pulih, tapi di petani di Boyolali tidak,” kata petani pepaya, Tukino, warga Mojosongo, Boyolali, Senin (25/4).
Dijelaskan, saat ini satu pohon pepaya hanya bisa menghasilkan 12 hingga 15 buah, sedangkan dulu, satu pohon bisa menghasilkan 40 hingga 50 buah. Tidak hanya itu, kalau dulu pohon masih pendek, sudah mampu menghasilkan.
“Tapi kalau sekarang justru pohon tinggi baru bisa menghasilkan,” tambah Tukinu.
Petani pepaya lain, Kasmidi warga Mojosongo, menjelakan, saat ini justru harga pepaya sedang tinggi-tingginya. Bila sebelumnya satu buah di jual Rp 4 ribu hingga Rp 5 ribu, saat ini harga mencapai Rp 7 ribu hingga Rp 8 ribu perbuah. Bahkan, harga sempat mencapai Rp 10 ribu perbutir.
“Harga tinggi ini kita harapkan bisa berlangsung lama,” ujar Kasmidi.
Hasil panen pepaya sendiri selama ini dijual ke sejumlah pasar lokasi dan kota-kota besar, seperti Jakarta. Untuk lokal, biasanya hasil panen petani menjual di Pasar Lawang, Karangnongko, Mojosongo. Dalam sehari, setidaknya ada dua truk pepaya siap dijual ke luar daerah. Sentral tanaman pepaya di Boyolali tersebar dibeberapa kecamatan, seperti Teras, Mojosongo dan Musuk.