Solo — Teater Ciman SMA Negeri 2 Solo menyabet penghargaan penyaji terbaik dua dalam festival teater tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Universitas PGRI Semarang. Prestasi ini ditorehkan lewat sajian pementasan Ayahku Pulang karya Usmar Ismail.
“Senang sekali bisa mendapatkan penghargaan ini. Ini bisa memacu semangat buat teman-teman untuk terus berkarya,” ungkap sutradara pementasan “Ayahku Pulang”, Arif Fadloli, Selasa (17/5).
Dijelaskan, proses latihan berlangsung selama dua bulan. Proses itu pun tak serta-merta mulus, banyak kendala yang dihadapi, terutama proses perijinan penggunaan tempat latihan yang terbatas.
“Selama ini proses latihan dilakukan di sekolah, namun karena ijin penggunaan tempat kadang tidak disetujui, kami berinisiatif latihan di Wisma Seni atau Taman Budaya Jawa Tengah,” katanya.
Diakui, sulitnya ijin ini membuat proses menjadi terhambat. Sebab lokasi latihan yang berjarak cukup jauh dari lokasi sekolah.
Ayahku Pulang sendiri bercerita tentang kepulangan seorang Ayah yang pergi meninggalkan tiga anaknya yang masih kecil-kecil. Tiga anak tersebut adalah Gunarto, Maimun dan Mintarsih. Sang ayah juga dikisahkan menceraikan istrinya Tina, lantaran kondisi ekonomi keluarga yang buruk.
Sebagai anak tertua, Gunarto memikul semua beban tanggung jawab ayahnya. Ibunya yang hanya bekerja sebagai tukang jahit rumahan tak kuasa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Gunarto putus sekolah, dan melanjutkan hidup dengan bekerja. Gunarto menyimpan dendam dihatinya kepada ayah kandungnya sendiri.
Tak dinyana, 20 tahun setelah kepergian itu, sang Ayah pulang. Tubuhnya yang renta dan pakaian yang compang-camping menandakan bahwa dirinya dilanda derita ekonomi yang berat.
Kepada Tina dia menceritakan bahwa dirinya sempat memiliki perusahaan dan tinggal di Singapura. Namun usaha tersebut kemudian bangkrut lantaran ditipu oleh koleganya.
Tina yang masih menyimpan cinta pada suaminya bersitegang dengan Gunarto yang terang-terangan menolak kembalinya sang Ayah. Kedua adik Gunarto yakni Maimun dan Mintarsih juga dilanda kebimbangan, disatu sisi mereka merindukan sosok ayah, tapi disisi lain mereka membenarkan Gunarto.
Drama ini diakhiri dengan kepergian sang ayah yang disusul oleh Maimun dan Mintarsih. Tragisnya sang ayah memilih bunuh diri dengan menceburkan diri kedalam sungai.