Solo – Kepanduan Hizbul Wathan (HW) adalah gerakan kepanduan yang dimiliki oleh organisasi massa Muhammadiyah. Kepanduan sendiri adalah istilah yang biasa orang sekarang mengenal sebagai Pramuka. Saat ini kepanduan Hisbul Wathan sedang melaksanakan Muktamar ke 3 di kota Solo, yakni mulai tanggal 13 – 16 Juli 2016.
Apabila menilik sejarahnya, lahirnya kepanduan milik Muhammadiyah bermula saat pendiri Muhammadiyah yakni KH Ahmad Dahlan melakukan tabligh atau siar dakwah di Kota Solo.
“Saat KH Ahmad Dahlan di kota Solo lewat di muka Pura Mangkunegaran, dia melihat anak-anak baris berbaris di alun-alun Pura Mangkunegaran tersebut. Semuanya berpakaian seragan. Lalu oleh salah satu temannya yang mendampingi dijelaskan bahwa itu adalah Pandu Mangkunegaran yang namanya Javaanche Padvinderij Organisatie (JPO),” kata Ketua Umum Kwartir Pusat Hizbulo Wathan Uun Harun Syamsuddin kepada Timlo.net, saat mengisahkan tentang sejarah gerakan kepanduan Hizbul Wathan, di Balai Muhammadiyah Solo, Kamis (14/7).
Pandu Mangkunegaran itu sendiri, menurut Uun, suatu gerakan pendidikan anak-anak di luar sekolah dan rumah.
“Lalu Ahmad Dahlan mengatakan, alangkah baiknya kalau anak-anak keluarga Muhammadiyah juga dididik semacam itu,” ungkap Uun.
Beberapa waktu kemudian, kata Uun, gerakan Pandu Hizbul Wathan didirikan, awalnya bernama Padvinder Muhammadiyah. Kepengurusan pertama dipimpin oleh Muchtar sebagai Ketua, Hadjid sebagai Wakil Ketua, Somodirdjo sebagai Sekretaris, Abdul Mamid sebagai Keuangan, dan Siradj Dahlan sebagai seksi Organisasi, serta Syarbini dan Darmiri sebagai seksi Komando.
Kemudian pengurus Padvinder Muhammadiyah melakukan studi ke JPO Solo. Sepulangnya pengurus dari studi, dilakukan pergantian nama Padvinder Muhammadiyah menjadi Hizbul Wathan yang mempunyai arti Pembela Tanah Air. Pergantian nama itu terjadi pada tahun 1920.
“Sejak itulah gerakan kepanduan Hizbul Wathan berkembang, terutama melalui sekolah-sekolah,” ungkap Uun yang kini telah berusia 77 tahun.