Solo – Hadirnya festival Bamboo Biennale 2016 diharapkan dapat mengedukasi masyarakat. Pasalnya bambu memiliki banyak manfaat yang bisa dikembangkan, baik untuk karya seni, instalasi, desain produk maupun yang lain.
“Festival ini bagian dari upaya kita untuk dapat memuliakan kembali bambu. Hal itu karena selama ini bambu belum mendapatkan tempat yang layak sebagai salah satu komoditas yang memiliki banyak manfaat,” ujar Ketua panitia dan sekaligus inisiator Bamboo Biennale 2016, Paulus Mintarga kepada wartawan, Sabtu (8/10).
Dalam even tersebut tidak hanya pameran produk kerajinan bambu yang dihadirkan. Tapi pihaknya juga menggelar workshop serta konferensi yang mendatangkan berbagai penggiat dan praktisi bambu dari berbagai daerah di Indonesia.
“Dalam konferensi ini kita ingin mesinergikan semua ide dan gagasan dari para penggiat bambu. Sehingga diharapkan dapat memetakan potensi yang bisa dimaksimalkan dari berbagai bidang yang digeluti,” jelasnya.
Sementara itu, praktisi dan juga pendiri Akademi Bambu Nusantara (ABN), Mukoddas Syuhada dalam kesempatan yang sama menyampaikan, banyaknya jenis bambu yang ada di Indonesia ternyata belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan baik. Bahkan kecenderungan yang muncul justru bambu menjadi simbol kemiskinan.
“Tentu mindset ini yang perlu dirubah, karena bambu sebenarnya memiliki banyak manfaat dan tak kalah dengan bahan material lain. Bahkan disejumlah Negara, bambu sudah banyak dimanfaatkan untuk properti mewah,” jelasnya.
Sehingga jika dapat dikelola dengan baik, menurutnya bamboo bisa menjadi penopang ekonomi masyarakat. Karena potensi ekspor dari produk bambu dalam negeri cukup tinggi, bahkan sekitar 12 persen populasi bambu dunia ada di Indonesia.