Timlo.net – Keputusan Indonesia menghentikan kerja sama dengan JP Morgan Chase Bank mendapat sorotan. Pemerintah dinilai tidak terima dikritik.
“Ini membuat saya tidak nyaman karena saya melihat pemerintah (Indonesia) berusaha mempengaruhi analis independen. Indonesia menurut saya sedikit konyol dan ini membuktikan betapa sensitifnya pemerintah,” kata Kepala Strategi mata uang dari Brown Brothers Harriman, Win Thin seperti ditulis CNN, Rabu (4/1).
Ironisnya, penilaian JP Morgan terhadap ekonomi Indonesia cukup positif. Penelitian itu mengungkapkan bahwa investor akan mendapatkan kesempatan lebih baik untuk membeli surat utang Indonesia.
Para analis mengatakan, penurunan surat utang Indonesia disebabkan faktor eksternal seperti terpilihnya Trump menjadi presiden AS dan naiknya suku bunga The Fed. Kebijakan ini akan memberi pengaruh buruk pada ekonomi negara berkembang.
Sebelumnya, seorang juru bicara JP Morgan mengatakan bahwa mereka akan tetap beroperasi di Indonesia seperti biasa.
“Dampak pada klien kami sangat kecil dan kami terus bekerja dengan Kementerian Keuangan menyelesaikan masalah ini,” kata juru bicara yang tidak disebutkan namanya seperti dikutip dari CNBC.
Dia juga menjelaskan alasan menurunkan peringkat surat utang Indonesia. Salah satu satunya adalah karena meningkatnya risiko kegagalan utang setelah Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS.
“Pasar obligasi bergerak cepat dan defisit keuangan semakin lebar. Lonjakan volatilitas mungkin akan berhenti dan berbalik.”
Penurunan peringkat utang untuk Indonesia dan Brasil bersifat taktis menanggapi kemenangan Trump. Ekonomi kedua negara memang baik tapi tingkat kebijakan pemerintah yang rendah cenderung akan berakibat membalik di 2017.
“Trump mengisyaratkan kebijakan perdagangan lebih protektif dan meningkatkan kekhawatiran tentang dampak pada pasar berkembang.”
[idr]Sumber: merdeka.com