Solo – Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnakerperin) Solo, Agus Sutrisno menilai job fair mampu mendekatkan pencari kerja dengan lowongan sesuai kompetensi yang ada.
“Sebagai salah satu media efektif, job fair mampu mengurangi angka pengangguran hingga mencapai 1,1 persen,” kata dia saat ditemui wartawan di Gelanggang Pemuda Bung Karno Manahan, Solo disela-sela Solo Job Fair, Kamis (9/3).
Meski perusahaan yang ikut dalam job fair memberikan pilihan lowongan yang lebih variatif. Dia menilai sektor perdagangan dan industri paling banyak diminati job seeker di Kota Bengawan. Sementara yang ikut dalam job fair adalah perusahaan manufaktur dan jasa.
“Artinya orang Solo yang termindset sektor perdagangan dan industri ya tengak-tengok (pilih-pilih). Oh ini tidak cocok, padahal belum dicoba,” jelasnya.
Hal tersebut lantaran, pencari kerja merasa kompetensi posisi pekerjaaan yang ditawarkan belum dikuasai. Serta alasan mencari pekerjaan sesuai ijazah yang didapat semasa pendidikan.
Selain job fair, adanya kebijakan zonasi pekerja seiring berkembangnya industri pariwisata (mall dan hotel) di Solo dalam dua tahun terakhir. Agus menilai kebijakan Walikota Solo, FX Hadi Ruyatmo ini mampu menurunkan angka pengangguran 7 persen menjadi 4,53 persen di tahun 2016.
“Ini tak jauh dari peran Pak Walikota Solo yang menekan dengan kebijakan beliau agar pemuda Kota Solo bisa terserap jadi pekerja di mall dan hotel yang kian menjamur. Terbukti sangat efektif menurunkan angka penganguran yang di tahun 2012 mencapai 16.000 jiwa. Hingga bulan Februari 2017 kemarin tersisa 12.700 jiwa,” ungkapnya.
Meski begitu, pihaknya menilai penyerapan tenaga kerja itu belum optimal. Hal tersebut lantaran baru mencapai angka 80,3 persen dari target 95 persen.
“Kalau 100 persen kan tidak mungkin, yang ngisi kan bukan hanya orang Solo,” kata dia.
Senada, Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Budi Yulistianto menyambut baik adanya bursa kerja untuk menekan angka pengangguran. Pihaknya menilai kegiatan yang menyasar masyarakat usia produkti itu harus digelar rutin. Minimal 1-2 kali dalam satu tahun.
“Selain rutin, kegiatan ini juga harus intens agar ada komunikasi perusahaan yang membutuhkan karyawan dengan para pencari kerja. Minimal setahun 1-2 kali job fair lah, tiap tahun kan siswa SMA/SMK lulus. Apalagi mahasiswa, tiap semester bisa tiga kali wisuda,” kata dia.