“Kemarin itu saya menemui secara pribadi, tapi dia (GPH Benawa) menyampaikan dhawuh Hangabehi terkait Tingalan Jumenengan Hangabehi dan kunci. Saya hanya bisa menampung, lalu saya konsultasikan ke dalam,” beber Puger.
Pasalnya, Puger menjelaskan, kunci-kunci keraton tidak dipegang oleh Lembaga Dewan Adat. Melainkan adat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan ada petugas khusus yang memegang kunci-kunci tersebut.
“Secara adat, kunci ada destinasi masing-masing. Saya juga tidak pegang kunci. Kalau permintaan kunci kita tunggu utusan presiden yang akan memberikan jawaban masalah-masalah di keraton. Keputusan itu kan nanti bisa kita maturi untuk solusinya,” tutur dia.
Lebih jauh dijelaskan, sempat ada usulan dari Kapolresta Solo untuk menggandakan kunci-kunci keraton sehingga masing-masing pihak dapat memegang kunci. Namun, pihaknya tegas menunggu utusan presiden yang dikabarkan datang Rabu (5/4) ini. Pihaknya beralasan keputusan presiden harus dihormati meski ada aturan adat. Bahwa dalam undang-undang, adat juga dilindungi.
“Saya kan nerima kabar burung tentang adanya utusan presiden itu tanggal 7 April. Maka saya kroscek ke Kapolres, akhirnya benar dan ternyata hari ini, Pak Kapolres melalui Wakapolres menyampaikan ke saya saat kemarin saya memenuhi panggilan di Polresta Solo,” jelasnya.
Sementara itu, disinggung terkait persiapan Bedaya Ketawang. Pihaknya tetap menjalankan prosesi ada tersebut. “Sesuai pesan Pakubuwana XII, karena kita jemenengke (menghadirkan) Bedaya Ketawang ya harus tetap jalan walau raja berhalangan. Latihan selama 35 hari sudah, tapi kalau untuk tanggal 22 April belum,” kata Puger.
