Solo — Meski e-Retribusi telah diterapkan sejak bulan Oktober 2016 lalu, model pembayaran retribusi elektronik di Pasar Burung Depok Solo masih tersendat. Ketua Ikatan Keluarga Pedagang Burung, Suwarjono mengatakan. Tersendatnya pembayaran e-Retribusi lantaran alat tapping sering error.
“Alat tapping cuma satu dan sering error, mungkin panas karena harus melayani ratusan pedagang yang mau tapping bayar retribusi. Kami sudah minta pengadaan mesin tambahan ke pihak perbankan Bank Jateng,” jelasnya.
Selain itu, masih ada 30 persen dari total sekitar 400-an kios pedagang yang sudah berusia lanjut dan buta aksara. Sehingga menghambat jalannya e-Retribusi.
“Pedagang yang sudah sepuh tidak tahu sisten tapping dan menabung. Jadi kami tetap harus jemput bola, membimbing pedagang yang kesulitan tapping dan menabung. Meski pihak bank secara mobile tiga kali seminggu ke pasar,” imbuh Lurah Pasar Burung Depok Solo, Nur Rahmadi.
Pihaknya menilai, pembayaran retribusi secara manual lebih efektif dibanding e-Retribusi. Pasalnya, melihat kondisi SDM yang mayoritas berusia lanjut.
“Memang manual lebih efektif di Depok, kalau pasar lain kan SDM nya sudah lebih modern dan mengenal perbankan. Tapi kami berupaya terus sosialisasi agar pedagang mandiri,” tandasnya.