Solo — Saat ini, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih kekurangan sebanyak 91.000 guru yang harus dipenuhi sampai 2019. SMK tidak mungkin menghasilkan lulusan yang baik, tanpa guru yang baik.
“Hal itu merupakan salah satu lima komponen yang harus dibenahi dalam rangka revitalisasi SMK,” jelas Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hamid Muhammad kepada wartawan, seusai peresmian dimulainya Revitalasi 219 SMK se Indonesia, di Stadion Manahan Solo, Rabu (17/5).
Hamid mengatakan, ada lima komponen yang harus dibenahi, yakni Kurikulum, kekurangan Guru, Fasilitas Belajar, Kerjasama dengan Dunia Industri, serta Kualitas Lulusan yang terstandart.
Lebih lanjut, dunia kerja dan dunia industri maupun Badan Nasional Standarisasi Pendidikan meminta Kurikulum SMK selalu up to date sehingga fleksibel. Demikian halnya, fasilitas belajar di SMK, juga cukup memprihatinkan, tidak memiliki ruang praktek, jikapun ada sudah tidak layak pakai.
“Karena itu kami mendorong SMK untuk proaktif menjalin kerjasama dengan Dunia Industri,” jelasnya.
Hamid menandaskan, revitalisasi tahap pertama sebanyak 219 SMK diharapkan tahun depan telah berkembang, dan untuk program ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyediakan anggaran sebanyak Rp 5,3 Triliun.
Hingga tahun 2019, kata Hamid, selanjutnya akan melakukan revitalisasi 1.650 SMK dari total SMK di Indonesia sebanyak 13.600 SMK. Sedangkan revitalisasi SMK lainnya diserahkan kepada masing-masing Pemerintah Propinsi.