Timlo.net—Tempat kerja yang toksik menguras energi. Lingkungan kerja yang ideal harusnya mendorong para karyawan untuk bekerja lebih keras, mencapai kinerja yang lebih baik dan pencapaian yang lebih bagus sebagai individu.
Tapi lingkungan kerja yang toksik memprioritaskan kesuksesan dan uang dibandingkan kesejahteraan para karyawannya. Jam kerja yang panjang, stres di luar pekerjaan, tidak pernah memperoleh kenaikan gaji atau jabatan, padahal sang karyawan memiliki produktivitas yang tinggi, adalah beberapa indikator lingkungan kerja yang toksik.
Berikut ini ada beberapa tanda lingkungan kerja yang toksik yang perlu ditinggalkan:
Tidak ada rehat
Jika atasan Anda tidak mengizinkan karyawan beristirahat di sela-sela pekerjaan dan menekan Anda atau para karyawan lain untuk bekerja tanpa henti tanpa memberikan kompensasi yang layak, maka Anda perlu membahas hal ini kepada atasan atau keluar dari pekerjaan. Bekerja tanpa henti tanpa pembayaran yang ideal seharusnya tidak menjadi norma.
Kritikan keras
Apakah Anda merasa takut setiap kali menyerahkan laporan proyek atau menunggu masukan dari manajer? Ketakutan ini mungkin dikarenakan Anda takut dikritik dengan keras atau diawasi dengan teliti oleh bos Anda, tidak peduli seberapa bagus Anda melakukan tugas Anda. Masukan dari atasan harusnya memberikan kesempatan bagi karyawan untuk bertumbuh, bukan merasa ketakutan.
Tidak peduli kesejahteraan
Untuk bekerja dengan baik, orang perlu berada dalam kondisi yang sehat secara fisik dan mental. Tapi, jika kantor Anda terus menambahkan beban pekerjaan tanpa memperdulikan kapasitas fisik dan mental Anda, maka hal ini adalah tanda yang perlu diwaspadai. Tubuh Anda harusnya tidak menanggung beban yang esktrim, kelelahan atau sakit kepala dari tugas yang terlalu banyak atau terlalu lama tanpa rehat.
Tidak ada pengakuan
Apakah Anda merasa tidak termotivasi untuk bekerja karena merasa tidak ada apresiasi dari atasan? Hal ini adalah tanda budaya kerja yang toksik. Atasan atau manager harusnya memberikan masukan atau kritikan yang sesuai untuk kesalahan yang Anda lakukan. Tapi juga memberikan pujian dan pengakuan untuk setiap prestasi yang Anda dan karyawan lain capai. Keseimbangan ini menolong karyawan bekerja dengan produktif dan bersemangat.
Pertanggungjawaban yang salah
Hanya karena seorang karyawan adalah karyawan baru atau yunior di sebuah perusahaan, bukan berarti dia bisa dijadikan kambing hitam untuk kesalahan karyawan lainnya. Dengan kata lain, harus ada mekanisme pertanggungjawaban yang jelas di perusahaan untuk menghindari budaya yang tidak sehat seperti ini.
Sumber: Times of India
Editor : Ranu Ario