SOLO — Banjir yang terjadi di Kawasan Laweyan pada Jumat (21/1) malam, merupakan yang terparah dalam beberapa waktu terakhir. Ini dirasakan sejumlah warga di kawasan aliran Kali Jenes.
“Kemarin itu, hujannya disini deras. Waktu masih setinggi mata kaki, saya dan suami mindah surat-surat berharga ke loteng biar aman. Terus barang elektronik saya taruh diatas lemari. Perabotan lain seperti meja makan dan lain-lain tidak saya saya pindahkan. Langsung lari dekat jalan Rajiman saya sama warga yang lain, ngungsi. Takut kalau airnya makin tinggi,” terang warga RT03/ RW05, Kelurahan Bumi, Kecamatan Laweyan, Astrini, Sabtu (22/1) siang.
Dia mengaku, rumahnya yang dekat dengan aliran Kali Jenes sangat terdampak. Air mulai naik setelah Salat Maghrib. Sekitar pukul 18.30 air mulai masuk jalan kampung dan halaman rumahnya setinggi mata kaki. Puncaknya sekitar pukul 19.30 WIB air terus naik hingga setinggi paha orang dewasa.
Warga lainnya, Marsiyem mengaku, ketinggian air sampai dada orang dewasa. Air sendiri baru surut sekitar pukul 23.00 malam. Menurutnya, banjir kali ini memang lebih buruk dari pada tahun-tahun sebelumnya. Dia menuturkan pada awal tahun 2020 lalu memang sempat air tinggi, tapi tidak sampai sedada orang dewasa. Hanya setinggi mata kaki.
“Semoga ada solusi, tidak banjir lagi, karena cuaca sepertinya curah hujan masih tinggi, takut kalau makin parah,” ungkapnya.
Sementara itu, anggota DPRD Kota Solo, M Al Amin mengatakan, permasalahan banjir di Kawasan Laweyan merupakan masalah klasik. Seharusnya, Pemerintah Provinsi segera turun tangan mengatasi masalah terssbut. Pasalnya, kawasan Kali Jenes berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukoharjo dan Solo.
“Sejak saya kecil, di wilayah Bumi, Laweyan ini kerap banjir hingga sekarang ini. Butuh keterlibatan semua pihak, karena kalau hanya diatasi Kota Solo saja tidak akan mampu APBD-nya,” jelas politikus PAN tersebut.
Terpisah, Camat Laweyan, Endang Sabar Winasih membenarkan sejumlah warganya mengungsi akibat Kali Jenes yang meluap. Dari data yang dia dapat, banjir melanda sejumlah Kawasan antara lain berada di Kelurahan Sondakan, Pajang, Bimi, Panularan dan Laweyan.
“Paling parah di Panularan dan Pajang ya. Sampai sedada orang dewasa tinggi airnya,” jelas Endang.
Terkait solusi, Endang mengatakan, saat Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengunjungi pemukiman sepanjang bantaran Kali Jenes beberapa waktu lalu sempat menuturkan bila dilokasi akan dibuatkan parapet oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS). Namun kapan realisasinya Endang tidak mengetahui.
“Karena Kali Jenes termasuk sungai besar jadi yang bertanggung jawab mengelola BBWSBS. Ya kita harapkan bisa segera supaya meminimalisir dampak maupun korban kalau banjir terjadi kedepannya. Untuk waktunya kapan (pembangunan parapet) Pak Wali belum matur,” ungkapnya.
Editor : Dhefi Nugroho