Solo-Pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir memang berimbas terhadap banyak sektor. Di antaranya tidak dapat dilaksanakannya berbagai kegiatan guna menyemarakkan suasana perayaan Tahun Baru Imlek di Kota Solo.
Seperti halnya tahun ini, pihak Panitia Bersama Imlek 2022 berencana meniadakan Grebeg Sudiro lantaran dikuatirkan kegiatan itu akan menimbulkan kerumunan. Padahal sebelum pandemi, penyelenggaraan kegiatan unik yang mengolaborasikan budaya Jawa dengan Tionghoa ini telah rutin digelar. Tercatat event budaya tersebut pernah diadakan sebanyak 13 kali bahkan telah menjadi salah satu event yang masuk dalam Kalender Event Nasional Pemkot Solo.
Sebagian besar masyarakat pastinya tidak asing dengan penyelenggaraan Grebeg Sudiro ini. Namun bagi yang belum, tidak ada salahnya untuk mengenali event budaya yang telah menjadi sebuah ritual kearifan budaya untuk menjunjung nasionalisme, pluralisme, kebhinekaan, dan integrasi sosial, khususnya di Kota Solo ini.
Melalui acara ini, Solo ingin menunjukkan adanya keharmonisan dalam masyarakat Kota Bengawan, khususnya antara warga pribumi dan Tionghoa di Kampung Sudiroprajan. Keharmonisan tersebut dibuktikan dengan berbaurnya masyarakat setempat secara damai tanpa melihat adanya perbedaan mulai dari fisik, keyakinan, hingga budaya.
Apa saja rangkaian kegiatan dalam event Grebeg Sudiro ini? Bagi yang belum pernah Menurut catatan Timlo.net dari beberapa kali perhelatan Grebeg Sudiro sebelumnya, serangkaian event tersebut diawali dengan kirab budaya oleh masyarakat setempat yang dimulai dari Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Jenderal Sudirman di kawasan Pasar Gede. Selanjutnya, rangkaian acara Grebeg Sudiro biasanya juga diisi dengan sejumlah kegiatan berupa Wisata Perahu Kali Pepe, Bazar Potensi di kawasan Pasar Gede, Umbul Mantram, dan panggung penutupan.
Wisata Perahu Kali Pepe ini merupakan ikon yang selalu menyertai dalam setiap penyelenggaraan Grebeg Sudiro. Biasanya dalam sesi pembukaan acara wisata perahu, walikota atau wakil walikota Solo akan turun langsung untuk ikut naik perahu menelusuri Kali Pepe.
Sedangkan dalam Umbul Mantram, merupakan serangkaian kegiatan masyarakat yang membawa dua buah gunungan hasil bumi yang disajikan bersama aneka ragam sesaji lainnya. Gunungan ini sebagai simbol ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dari warga Sudiroprajan.
Editor : Septhia Ryanthie