Mulyono menambahkan, penyelenggaraan tradisi ini dalam rangka melestarikan budaya Jawa yang dilakukan setiap usai hari raya Idul Fitri.
Sementara dipilih gunungan apem sebagai tradisi yang dilestarikan ini, lantaran apem memiliki filosofi bahwa setelah menekan hawa nafsu selama sebulan puasa, maka perlu adanya silaturahmi antar sesama untuk saling memaafkan.
Sementara Kepala Desa Gentungan, Suwito mengatakan kegiatan ini juga bagian dari upaya memberdayakan potensi masyarakat. “Dengan kegiatan ini pasar bisa bergulir lagi, warga bisa berdagang hasil bumi, hasil ternak dan sebagainya sehingga perekonomian masyarakat juga bisa terus berkembang,” imbuhnya.