Timlo.net— Rusia adalah negara yang dikenal memakai pendekatan ofensif dalam menghadapi serangan siber. Tapi sekarang negara itu menghadapi berbagai serangan siber sebanyak sangsi yang mereka terima dari Barat.
Dalam pertemuan dengan the Russian Security Council pada Jumat minggu lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin berkata jika jumlah serangan siber oleh struktur negara asing telah meningkat beberapa kali.
Putin berkata jika tantangan yang mereka hadapi adalah para pemasok Barat berhenti menyediakan dukungan teknis untuk perlengkapan yang mereka jual di Rusia. Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap invasi Rusia terhadap Ukraina. Sejak itu, berbagai kebocoran data dari Rusia tersebar, khususnya dari bank terbesar kedua di Rusia dan beberapa situs e-commerce.
Rusia sudah mencoba sejak lama untuk memperbaiki infrastruktur internet mereka sendiri jadi hal seperti ini tidak akan terjadi, tulis Mashable, Senin (23/5). Musim panas lalu, mereka bahkan memutuskan hubungan dengan internet global selama uji coba. Tapi uji coba itu belum bisa secara signifikan mengurangi dampak banjir sangsi yang diterapkan Barat selama beberapa bulan ini.
Negara itu berkata jika mereka siap menghadapi lebih banyak serangan siber, sekalipun sudah kebobolan dalam beberapa serangan sebelumnya. Media milik pemerintah Rusia, TASS memberitakan jika Putin berkata rangkaian sangsi anti Rusia gagal memberikan dampak yang diinginkan.