Timlo.net – Radikalisme dan terorisme harus dicegah sejak dini demi persatuan anak bangsa. Hal ini penting karena belakangan masih marak penyebaran narasi radikalisme, salah satunya melalui internet.
Tren penyebaran paham radikalisme melalui internet ini bermula sejak kemunculan ISIS di kisaran tahun 2014-2015 sampai dengan hari ini, tidak hanya terjadi di Indonesia saja tetapi juga di dua negara tetangga, yaitu Malaysia dan Filipina.
Staf Khusus Direktorat Pencegahan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Muhammad Suaib Tahir dalam Webinar bertajuk Contra-Narration Violent Extremism through Online Media, Rabu 22 Juni 2022, mengatakan bahwa tidak kurang dari 2000 warga negara Indonesia yang memutuskan untuk pergi ke Suriah dan “berjihad” di sana.
“Mereka ini terpengaruh oleh media sosial,” ujar Suaib, dalam keterangan resmi, Rabu (22/6/2022).
Dalam Webinar yang diselenggarakan oleh The Apex Chronicles bersama dengan Prodi Komunikasi Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Suaib juga menjelaskan bahwa pada kisaran tahun tersebut belum banyak narasi-narasi yang sifatnya moderat untuk mengimbangi banyaknya narasi radikalisme yang dibuat oleh ISIS.
“Kebanyakan website-website yang muncul (di internet) dikuasai oleh narasi-narasi radikal,” ujarnya.
Tidak sekedar mempengaruhi seseorang untuk berangkat ke Suriah ke tempat di mana ISIS berada, narasi-narasi propaganda di media online juga memunculkan adanya aksi-aksi terorisme di Indonesia yang dilakukan secara perseorangan yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan jaringan terorisme tetapi terhubung melalui media online yang disebut dengan lonewolf.