Wonogiri — Branjang apung diklaim bukan alat tangkap ikan asli nelayan WGM. Alat ini adalah turunan atau warisan dari nelayan yang beroperasi di Rawa Pening, Salatiga dan pembeli ikan dari luar Wonogiri. Fenomena ini kemudian berkembang hingga menjamur di WGM belakangan ini disebut akibat kesenjangan.
“Asal mula branjang apung di perairan Waduk Gajah Mungkur (WGM) disebut ditularkan oleh nelayan atau pembeli ikan dari luar Wonogiri,” ujar Wakil Ketua DPRD Wonogiri Sugeng Ahmady, Rabu (21/9).
Dijelaskan, pembuatan alat tangkap ikan jenis branjang apung itu diajarkan dari nelayan lain atau pembeli ikan dari luar Wonogiri. Dulunya, nelayan biasa menangkap ikan dengan menggunakan jaring tangkap biasa.
“Sekitar tahun 2006 atau 2007. Dulu banyak orang luar daerah yang datang cari ikan di WGM. Akhirnya ada ilmu yang ditinggalkan seperti branjang dan penangkapan udang. Branjang mutlak tidak diinisiasi kelompok nelayan di Wonogiri,” katanya.
Menurut dia, makin menjamurnya branjang di perairan WGM bisa dikarenakan akibat kesenjangan. Dimana nelayan yang menggunakan branjang bisa mendapatkan hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan nelayan pada umumnya.