Sementara itu, Anggota Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah, M Bakrun, mengatakan, sesuai amanah dari Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar bahwa pendidikan di Muhammadiyah itu pendidikan yang holistic dan integrative.
“Sehingga tujuannya adalah bagaimana kita menerapkan serta bisa mengembangkan pendidikan yang holistic dan integrative, saya kira itu,” ujarnya.
Bakrun menjelaskan, melalui Kurikulum Muhammadiyah yang Holistic dan Integrative ini, Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah mencoba pengembangannya agar kurikulum ini bisa terintegrasi antara materi umum dan keagamaan.
Misalnya, jika bicara tentang Bahasa Indonesia, pada materi ini kompetensi yang dikembangkan adalah membaca, menyimak, dan mendengarkan. Maka mestinya guru-guru di sekolah Muhammadiyah dan juga di dalam kurikulumnya pada saat bicara tentang membaca, pertama kali yang harus diberikan kepada anak didik adalah pengertian dari membaca.
Membaca kalau di dalam Islam adalah ayat yang pertama kali turun. Maka bicara adalah tentang makna dari membaca itu sendiri. Sehingga sebelum anak itu belajar yang lainnya harus belajar dulu makna dari membaca. Itulah kurikulum holistik dan integrative.
“Dengan adanya kurikulum merdeka dimana sekolah bisa mengembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan maka di Muhammadiyah mengembangkan kurikulum yang holistic dan integrative. Ini belum ya, kita baru mencoba pengembangannya,” imbuhnya.