Sukoharjo — Sempat mengalami mati suri, Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bisnis (ITB) Akademi Akuntansi Surakarta (AAS) akan mengajukan diri menjadi universitas. Kampus yang berada di Jalan Slamet Riyadi 361 Windan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, tersebut kini telah berusia 38 tahun.
“Di tahun 2012 kampus mengalami mati suri, 5 mahasiswa dengan 12 dosen. Disitulah dari pembina yayasan Prof Hartono memberikan mandat kepada saya untuk melanjutkan institusi ini supaya dikelola dengan baik,” ucap Pembina Yayasan Amaliyah Ilmi Surakarta sekaligus Dosen ITB AAS, Dr Budiyono, saat puncak HUT 38 ITB AAS, Sabtu (7/1/2023).
Selang satu tahun, pihaknya kemudian melakukan take over menjadi Akademi Akuntansi Surakarta (AAS) melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.68/D/O/2007. Selain perubahan nama, pengelolaan perguruan tinggi ini juga beralih di bawah naungan Yayasan Amaliyah Ilmi Surakarta.
“Saya tidak ingin membangun setengah-tengah, saat itu SDM saya S2 baru 2 dan lainnya S1. Kemudian saya lanjutkan menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) AAS pada tahun 2014,” ujarnya.
Perubahan nama tersebut yakni melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.04/E/O/2014. STIE AAS beroperasi dengan 4 program studi yaitu Program Studi S1 Akuntansi, Program Studi S1 Ekonomi Islam, D3 Akuntansi dan D3 Perpajakan.
Melihat perkembangan pendidikan tinggi, STIE AAS dirasa perlu untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka mewujudkan pendidikan tinggi bagi masyarakat. Oleh sebab itu, Manajemen STIE AAS berupaya untuk mengajukan perubahan bentuk institusi agar dapat memberikan layanan pendidikan tinggi yang lebih luas cakupan bidang keilmuannya.
Akhirnya pada tanggal 31 Januari 2020, STIE AAS secara resmi berubah bentuk menjadi Institut Teknologi Bisnis (ITB) AAS Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.192/M/2020.
“Alhamdulillah pada saat itu SDM nya sudah master semua, di tahun 2020 kami tingkatkan bentuknya menjadi institut karena semua persyaratan sudah memenuhi, kami punya tujuh doktor dan lahan sudah memiliki 12 ribu lahan, lalu saya kembangkan menambah Prodi Informatika,” terangnya.
Dilanjutkan Budiyono, dalam waktu dekat ini pihaknya sudah mengajukan program Magister Ekonomi. Bahkan selain membuka program tersebut, juga akan dibuka Prodi Hukum dan Managemen. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menuju Universitas.
Perguruan tinggi yang berdiri sejak tahun 1984 tersebut kini sudah meluluskan sekitar 28 ribu mahasiswa. Di usia yang tak muda ini, beberapa kerjasama sudah dijalin. Baik kerjasama dalam negeri maupun luar negeri, diantaranya Malaysia, Thailand, India, Filiphina dan Rusia.
Dia pun tak memungkiri, bahwa saat ini terdapat persaingan ketat di dunia pendidikan di Soloraya. Sehingga dalam kesempatan itu ia juga meminta kerjasama para alumni terkait dengan penerimaan mahasiswa baru (PMB).
Editor : Dhefi Nugroho