Wonogiri — Dinkes Wonogiri sudah melakukan penyelidikan terhadap warga Kecamatan Eromoko yang dikabarkan terpapar Antraks. Dipastikan, kondisi warga itu mulai membaik.
Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinkes Wonogiri Setyawati mengatakan pihaknya mendapatkan laporan dari Dinkes Gunung Kidul pada Jumat (6/1) lalu. Disebutkan, jika ada penderita antraks di Eromoko. Hal itu berdasarkan hasil pengambilan sampel serum darah pada akhir 2022.
Dijelaskan, ada penampakan wujud kelainan kulit di lengan kiri. Wujudnya keropeng hitam atau eskar (khas gejala antraks). Pasien antraks itu berasal dari Wonogiri. Namun saat ini ber-KTP Kecamatan Karangmojo Gunung Kidul. Istri dan anaknya berdomisili di Karangmojo.
“Dari hasil penyelidikan epidemiologi awal baik. Sekarang pasien sudah baik dan sudah diobati. Senin (9/1) kemarin kami tindaklanjuti dengan Puskesmas setempat dan Pak Camat,” kata Setyawati kepada wartawan, Rabu (11/1).
Dikatakan, kondisi klinis pasien baik dimungkinkan karena daya tahan tubuhnya baik. Selain itu pasien dimungkinkan terpapar bukan karena mengonsumsi hewan yang terpapar antraks. Dan hingga kini belum jelas dari mana pasien bisa terpapar.
“Keropeng hitamnya sudah mengelupas, bisa dikatakan sembuh. Ya masih beraktivitas bersama keluarga. Karena kalau antraks penularannya dari hewan ke manusia, tidak antar manusia,” paparnya.
Berkaca dari sejumlah kasus yang terjadi, kata Setyawati, penyakit antraks kulit berlangsung selama dua hingga tiga pekan, mulai dari terjangkit hingga sembuh. Berbeda dengan antraks yang menyerang pernafasan atau pencernaan. Dalam waktu tiga hingga lima hari kesehatannya memburuk dan harus segera mendapatkan pertolongan.
Setyawati menambahkan, dalam menyelidiki kasus antraks harus menggali informasi secara pro aktif.Terkadang kata dia, orang (penderita) tidak cerita atau tidak mengaitkan penyakit dengan kejadian hewan mati.
“Namun, terkadang orang tidak terpikirkan. Kalau di Wonogiri jarang sampai yang pencernaan, rata-rata kulit,” tandasnya.
Editor : Dhefi Nugroho