“Untuk sapi-sapi yang telah terinfeksi LSD akan kita berikan pengobatan sampai dengan paripurna. Sehingga Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sragen mengajukan anggaran untuk pengadaan obat seperti antibiotik, dan obat lainnya sebesar Rp 200 juta,” ungkapnya.
Ditambahkan, sampai saat ini tingkat kematian sapi-sapi terjangkit LSD sangatlah rendah. Walaupun daging yang dijual tidak akan laku dimasyarakat dikarenakan serat daging menjadi sangat besar.
“Penyakit LSD ini pengobatannya butuh waktu yang lama namun bisa disembuhkan. Biaya pengobatan juga tidak sedikit. Untuk itu peternak diharapkan bisa sharing dengan yang diberikan oleh pemerintah,” kata Bupati Yuni, saat memberikan pembinaan di Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sragen, Rabu (24/1/2023).
Dilansir laman sragenkab.go.id, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sragen Ir Eka Rini Mumpuni Titi Lestari menerangkan, penyakit LSD awal penyebarannya berasal dari daerah-daerah perbatasan seperti Miri, Sumberlawang dan Sambungmacan.
“Untuk Sumberlawang dan beberapa daerah yang telah kami lakukan yaitu pengobatan untuk sapi yang sakit maupun vaksinasi bagi sapi yang sehat. Saat ini kami memiliki stok vaksin 4000 dosis yang telah didistribusikan kepada kecamatan masing-masing 200 dosis vaksin,” terangnya.
Kedepan, rencana tindak lanjutnya yang akan dilakukan adalah pihaknya akan menyosialisasikan penanganan penyakit LSD dengan memberikan arahan tentang kebersihan kandang agar mencegah penyebaran virus melalui vektor lalat, nyamuk dan caplak.