Timlo.net—Sebuah penelitian baru dari the University of Edinburgh dan Trinity College Dublin, The UK menunjukkan sebuah masalah yang mengkuatirkan dari beberapa produsen smartphone di Tiongkok. Di negara itu, lebih dari 70% perangkat memakai Android. Studi itu menemukan jika brand seperti OnePlus, Xiaomi, Oppo dan Realme mengumpulkan dan mengirim data pribadi dalam jumlah besar tanpa izin pengguna.
Smartphone ini dijual dengan deretan aplikasi bawaan dengan izin aplikasi yang meragukan yang diaktifkan secara default. Deretan aplikasi itu secara aktif mengumpulkan dan mengirim informasi pribadi terkait perangkat, lokasi, profil pengguna dan bahkan hubungan sosial. Bahkan untuk pengguna yang sadar privasi dan mematikan fitur analitik dan tidak menggunakan penyimpanan awan atau layanan pihak ketiga, informasi unik mereka seperti device identifier, koordinasi GPS, pola penggunaan aplikasi, riwayat panggilan dan SMS dan nomor kontak masih dikirim.
Sayangnya pengguna tidak memperoleh pemberitahuan terkait transmisi data itu dan tidak ada cara untuk mematikannya. Data yang terkumpul bisa dengan mudah dihubungkan dengan individu dan digunakan untuk tujuan pelacakan, tulis Gizmo China, Senin (13/2).
Penelitian itu dilakukan pada perangkat yang dijual di Tiongkok dan memakai distribusi Android lokal. Jadi pengguna internasional mungkin tidak terkena dampaknya. Tapi, untuk mereka yang membeli perangkat di Tiongkok, misalnya pebisnis, wisatawan atau mahasiswa, studi itu mengungkap jika pengumpulan data akan terus terjadi bahkan setelah mereka keluar dari negara itu.
Ponsel Android versi Tiongkok memiliki lebih banyak aplikasi bawaan terinstal dan izin aplikasi antara delapan hingga sepuluh kali lebih banyak dari versi internasional yang dijual di Eropa dan wilayah lain. Di Eropa dan wilayah lain, ada aturan yang ketat terkait izin aplikasi untuk mencegah praktik berbahaya seperti ini.
Editor : Ranu Ario