Karanganyar — Penyediaan guru pendamping khusus (GPK) bagi anak disabilitas dirintis sejak dini. Komisi Nasional (Komnas) Disabilitas mendorong universitas mencetak lulusan di bidang tersebut.
Komisioner Komnas Disabilitas Fatimah Asri Muthmainah menyebut, pihaknya telah menjalin kerjasama penyediaan GPK dari lulusan universitas. Satu diantaranya Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Para tenaga pendidik ini sangat dibutuhkan bagi kalangan disabilitas usia dini. Sebab, tak semua kalangan tersebut mengenyam pendidikan layak.
“Jumlah disabilitas di Indonesia sekitar 25 juta jiwa. Hanya 30 persen tamat SD. Sedangkan 2,87 persen bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Ketidaksiapan sekolah menerima penyandang disabilitas membuat jurang semakin lebar. Juga ketidakmampuan anak mengakses ke fasilitas inklusi yang biasanya jauh dari rumah,” kata Fatimah Asri Muthmainah, di Karanganyar, Selasa (28/3).
Bupati Karanganyar Juliyatmono mengakui bakal banyak evaluasi di bidang pendidikan berkat masukan dalam forum tersebut. Ia pun akan menata kembali layanan di Puskesmas bagi penyandang disabilitas.
“Komnas Disabilitas ini lembaga baru. Mereka roadshow agar dapat sebanyak mungkin masukan. Terkait penyediaan GPK, itu perlu kebijakan pusat. Menyiapkan guru harus rekrutmen. Namun apapun itu, gagasannya sangat bagus agar disabilitas ikut membangun Karanganyar,” katanya.
Editor : Marhaendra Wijanarko