SEMARANG — Peredaran daging sapi glonggongan ditengarai saat ini beredar di tengah masyarakat. Praktik ilegal ini, saat ini tengah didalami oleh Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polres Boyolali.
“Sudah ada enam saksi yang kami periksa terkait kasus ini. Saat ini, kami masih menunggu hasil sampel cek laboratorium forensik (labfor) di Semarang,” terang Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Dwi Subagio kepada wartawan, Jumat (31/3).
Dikatakan, pihaknya menemukan daging dalam bentuk potongan saat dilakukan penggerebekan pada akhir bulan Februari lalu. Selain itu, juga terdapat sejumlah selang.
“Tapi, itu belum dapat dipastikan apakah betul daging glonggongan atau murni. Maka dari itu, tunggu hasil cek labfornya. Nantinya kan bisa diketahui, volume air dalam daging itu. Sehat atau tidak. Besok, keluar hasilnya,” ujarnya.
Dari informasi yang diperoleh, Tim Satgas Pangan Polda Jateng bersama dengan Setreskrim Polres Boyolali menggerebek praktik penjualan daging sapi di Kawasan Desa Tanduk, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali pada Sabtu (25/3) lalu.
Dari hasil penggerebekan, didapati daging sapi diduga glonggongan dengan berat total 196,5kg termasuk beberapa selang plastik ukuran 1,5 inci. Lokasi itu merupakan tempat penjualan daging.
Sementara, pemotongan sapi diduga digelonggong itu dilakukan di Desa Besuki, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap salah seorang tersangka berinisial KW, kegiatan itu sudah dilakukan selama dua tahun terakhir sejak 2017 -2019. Kemudian terhenti lantaran Pandemi penyakit mulut dan kuku (PMK).
Lalu, pelaku memulai lagi di Tahun 2023 dan sudah melakukan kegiatan tersebut sebanyak 13 kali. Dari hasil pemotongan, kemudian didistribusikan ke para pedagang di Wilayah Boyolali, Solo, Magelang, Salatiga hingga Semarang.
“Dari hasil pemeriksaan, praktik ilegal ini juga diketahui oleh ketua paguyuban berinisial A,” ungkap Dwi.
Pihaknya mengimbau, supaya Pemerintah Kota/ Kabupaten sigap dalam mencegah distribusi daging glonggongan tersebut. Disisi lain, masyarakat juga harus selektif dalam memilih daging untuk dikonsumsi.
“Karena dampaknya sangat membahayakan kesehatan, jika mengonsumsi daging tersebut,” imbaunya.
Editor : Dhefi Nugroho