Wonogiri — Penghujung tahun 2023 ini seluruh desa/kelurahan di Wonogiri ditargetkan sudah memilik tim Relawan Destana atau Desa Tanggap Bencana. Dengan pembentukan tim relawan tersebut diharapkan bencana alam dalam bentuk apapun bisa diantisipasi atau diselesaikan dengan baik.
“Apel kesiapsiagaan merupakan suatu sikap kita terhadap alam. Bagaimana di masa kecil saya, sungai saja bisa jadi teman dan wisata yang menarik. Bagaimana kondisi sungai kita sekarang? Yang ada jadi destinasi tempat sampah di kanan kiri, pendangkalan, dan kalau hujan satu sampai dua jam potensi banjir akan cukup besar,” ungkap Bupati Wonogiri Joko Sutopo saat memimpin apel Kesiapsiagaan Seribu Relawan Bencana Kabupaten Wonogiri di lapangan Desa Jaten, Selogiri, Sabtu (6/5).
Dalam apel itu diikuti sekitar 1000 relawan dari 28 komunitas relawan di Wonogiri. Menurut Bupati, Wonogiri masuk jajaran daerah rawan bencana di wilayah Jateng. Jenis bencana alam yang sering melanda Kabupaten Wonogiri seperti tanah longsor, banjir, angin ribut atau puting beliung serta kebakaran. Sepanjang tahun 2022 lalu tercatat ada 82 peristiwa bencana alam dengan total kerugian hampir Rp 2 miliar.
“Saat ini muncul gejala pemanasan global adanya dampak badai Elnino, kita harus terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak cemas dan takut yang berlebihan,” katanya.
Bupati Wonogiri mengatakan, tingginya potensi kebencanaan yang ada di Wonogiri menimbulkan keprihatinan tersendiri. Tercatat tahun lalu, ada 82 bencana yang memakan kerugian hingga Rp 1,9 M di Wonogiri. Maka antisipasi dan penanganan bencana harus jadi perhatian khusus.
Dijelaskan, hal ini terjadi karena terjadi perubahan perilaku sosial kita. Tidak ada kesadaran dari pribadi dalam menjaga alam dan infrastruktur, yang kemudian berpotensi jadi bencana.
“Lalu bagaimana daerah resapan-resapan kita? Dulu, kalau cari rumput dan wisata, indah sekali hutan-hutan dan tanah lapang, oksigennya banyak dan menyehatkan. Sekarang apa yg terjadi dengan hutan? Memprihatinkan, terjadi eksploitasi yang luar biasa. Hutan yang menjadi pengendali banjir, saat ini tidak terkendali.” paparnya.
Pihaknya menekankan pentingnya membangun kesadaran masyarakat Wonogiri pada khususnya agar memahami kondisi riil yang ada, kemudian muncul kesadaran untuk melakukan langkah dan tindakan preventif guna mencegah dan mengurangi risiko bencana. Perlu menanamkan kesadaran bahwa kondisi kebencanaan yang muncul, selain faktor alam, juga tidak lepas dari sikap yang tidak merawat lingkungan dengan baik, karena dapat berakibat fatal. Relawan harus hadir dan mengedukasi pada masyarakat sehingga punya naluri dan cara pandang yang sama tentang kebencanaan.
“Jika kita melakukan pendampingan saya yakin kebencanaan di Wonogiri bisa ditekan sedini mungkin. Saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya untuk para relawan yang telah tulus ikhlas mengabdikan diri pada masyarakat. Inilah prinsip go nyawiji melu handarbeni bagi lingkungan.” terangnya.
Seusai apel,1000 relawan dari TNI, Polri, PMI, PMR, BPBD, Tagana, Ormas, dan relawan desa tersebut semuanya melakukan penandatanganan komitmen bersama penanggulangan bencana di atas spanduk. Kesempatan tersebut juga digunakan untuk berdialog dengan Bupati dalam bentuk sarasehan guna mendapatkan unek-unek, masukan sekaligus solusi terhadap berbagai persoalan kebencanaan di Wonogiri.
Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri Trias Budiono mengaku optimis akhir tahun ini 294 desa/kelurahan se Wonogiri sudah memiliki Destana. Hingga saat ini, tutur dia, sudah hampir 95 persen desa/kelurahan punya Destana dengan jumlah aktivis ribuan relawan.
“Selain ada 28 organisasi relawan kita mendorong terbentuknya Destana di 294 desa/kelurahan Wonogiri sesuai keinginan beliau (bupati) tahun ini Wonogiri menjadi Kabupaten Tangguh Bencana,” tandasnya.
Editor : Dhefi Nugroho