Karanganyar — Para pedagang pasar di Colomadu Karanganyar menitipkan aspirasinya diperjuangkan Pedagang Pejuang Indonesia Raya (Pepera). Organisasi sayap Partai Gerindra ini siap memberantas praktik rentenir, memberikan permodalan UKM serta mengupayakan perbaikan fisik pasar tradisional.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Pepera Gerindra, Don Muzakir usai meninjau aktivitas Pasar Malangjiwan Colomadu, Senin (29/5). Ia didampingi Ketua DPC Partai Gerindra Karanganyar Adhe Eliana, Ketua DPD Pepera Jawa Tengah Sri Hartini dan Ketua DPC Pepera Karanganyar Wawan Pramono.
Don mengatakan kunjungan ke pasar tradisional merupakan tradisi jelang pelantikan pengurus daerah Pepera. Organisasinya ini, lanjutnya, sangat peduli peningkatan perekonomian dari geliat UKM, di mana pasar tradisional menampung produk komsumsi harian masyarakat yang dihasilkan pelaku usaha skala rumah tangga. Di pasar inilah ekonomi kerakyatan bertahan meski dihantam prahara.
“Kita ingin tahu apakah ketua DPC Gerindra dan DPC Pepera aktif di pasar tradisional. Menyerap aspirasi dan memperjuangkannya. Dari hasil blusukan pasar, banyak yang harus diperjuangkan di Pasar Malangjiwan Colomadu,” kata Don kepada wartawan.
Di Pasar Malangjiwan yang sudah berdiri 40-an tahun, perhatian pemerintah daerah kurang. Terbukti kondisinya memprihatinkan.
Meski berada di wayah strategis berdekatan bandara dan perbatasan antarkabupaten, kondisinya tak membaik. Nuansanya kumuh dan kotor. Don mengatakan, akses permodalan mudah dan ringan sangat dibutuhkan pedagang.
“Jangan pakai rentenir. Memberatkan dan mencekik leher. Kita upayakan permodalan. Paling per pelapak Rp500 ribu. Regulasi simpan pinjam diatur sendiri oleh masyarakat pedagang. Tinggal disuntik modal lalu hasilnya dibagi sendiri oleh mereka,” katanya.
Ia mengaku sudah sebulan terakhir dirinya keliling pasar tradisional di pulau Jawa. Pembentukan Papera di daerah sudah diselesaikannua di wilayah Jakarta, Banten, Jawa Barat dan kini fokus di Jawa Tengah.
“Di Jateng sudah melantik pengurus di enam DPC. Targetnya selesai Agustus,” katanya.
Seorang penjual jajanan di Pasar Malangjiwan, Marsi (55) berharap Pepera berhasil memperjuangkan aspirasinya. Selama 18 tahun berjualan, ia belum mendapat haknya secara ideal. Belum lagi berbagai situasi ekonomi yang memberatkan warga miskin.
“Enggak pernah dapat bantuan apapun. Padahal saya punya keluarga yang bergantung hidup. Harga sembako makin mahal. Telur dan daging terutama,” katanya.
Editor : Dhefi Nugroho