Boyolali — Tradisi Buka Luwur yang digelar di Makam Syech Maulana Ibrahim Magribi, Pantaran, Ampel, dipenuhi pengunjung dari Boyolali maupun luar Boyolali. Tradisi yang digelar pada Jumat terakhir di bulan Suro ini juga dilakukan prosesi sadranan.
Tradisi Bula Luwur atau menganti kain mori penutup Makam Syech Maulana Ibrahim Magribi, penyebar agama Islam di Pantaran, Ampel, diawali dengan kirab gunungan dari rumah juru kunci menuju ke makam. Ada lima makan yang lurupnya diganti, yaitu Syech Maulana Ibrahim, Maghribi Dewi Nawangwulan, Ki Ageng Pantaran, Ki Ageng Mataram dan Ki Ageng Kebo Kanigoro.
Penggantian kain lurup dilakukan Wakil Bupati Boyolali Said Hidayat didamping sang juru kunci. Usai lurup diganti, dilanjutkan dengan pembacaan dzikir dan tahlil. Semenatra kain lurup lama, kemudian disobek-sobek kecil menjadi beberapa bagian dan dibagikan ke pengunjung. Para pengunjung sendiri ada yang rela tidur di makam demi mendapatkan kain lurup.
“Turun temurun digelar warga, maksudnya untuk nguri-uri kebudayaan dari nenek moyang terdahulu. Mengenang perjuangan dan pengembangan agama Islam di Pantaran,” ungkap Panitia Pelaksana, Wahyu Windiharno, Jumat (5/10).
Sementara itu, usai prosesi acara buka luwur, masyarakat Pantaran yang hadir membawa makanan minuman dalam tenong, wadah makanan dari bambu, membagikannya ke pengunjung. Para pengunjung bisa bebas mengambil makanan yang disediakan masyarakat. Menurut salah satu pengunjung, Lasmi, warga Salatiga, dirinya tiap tahun selalu datang ke Makam Syech Maulana Ibrahim Magribi,untuk ngalap berkah.
“Ngalap berkah, biar selalu diberi kesehatan,” ujarnya senang karena mendapatkan makanan banyak.
Disisi lain, Wakil Bupati Said Hidayat, berharap tradisi Buka Luwur ini bisa menjadi sarana untuk dapat mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sekaligus sebagai upaya untuk menjalin silaturahmi.
“Harapan saya, tradisi ini bisa terus diuri-uri, terutama generasi muda,” tandasnya.
Editor : Marhaendra Wijanarko