Solo — Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah menilai kondisi industri tekstil dalam negeri saat ini relatif stabil. Terkait adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal oleh PT Tyfountex, Sukoharjo beberapa waktu lalu dianggap karena masalah internal perusahaan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah, Muhammad Arif Sambodo mengatakan adanya PHK masal yang dilakukan oleh PT Tyfountex tidak bisa dijadikan acuan untuk mencerminkan industri tekstil secara keseluruhan di dalam negeri.
“Kalau Tyfountex itu sebenarnya masalah orientasi internal perusahaan. Jadi bukan karena kondisi pasar yang lesu,” katanya kepada wartawan, Jumat (15/11).
Menurutnya, industri tekstil dalam negeri kondisinya sekarang hampir sama dengan industri kayu, yaitu relatif stabil. Meski secara nilai dan volume masih menjadi penyumbang terbesar ekspor dari Jawa Tengah, namun secara impor bahan baku juga memberikan kontribusi paling dominan.
Namun demikian, perkembangan industri tekstil sekarang ini justru semakin baik. Bahkan beberapa diantaranya sudah mulai mengembangkan industri tekstil dengan konsep terintegrasi.
“Seperti benang serat buatan, sekarang sudah mulai mengurangi impor. Karena mereka sudah bisa memproduksinya sendiri, “jelasnya.
Karena itu, sebagai upaya mendorong pertumbuhan industri tekstil dalam negeri, pihaknya mengaku akan membuat kawasan industri Kendal agar bisa membuat subtitusi impor. Dengan harapan bisa mengurangi ketergantungan bahan baku dari luar negeri.