Timlo.net--Instagram mulai menyembunyikan jumlah like yang diperoleh sebuah foto dan video. Langkah ini memicu reaksi dari para selebgram, artis, selebritis dan pengguna biasa. Penyanyi Amerika, Nicki Minaj bahkan berkata dia akan berhenti menggunakan Instagram. Sedangkan selebritis lain kuatir perubahan ini berdampak pada jumlah follower dan akhirnya pada penghasilan mereka.
“Instagram menghapus like mungkin berdampak buruk untuk artis yang sedang populer di internet,” kata Peter DeLuce, seniman kreatif yang menjalankan bisnisnya lewat Instagram.
The Guardian memberitakan Jumat (15/11) jika Peter sudah menggunakan Instagram sejak 2017. Selama tiga tahun ini,dia berhasil memperoleh 10 ribu follower. Dia melukis pemandangan bertema ruang angkasa. Biasanya hasil karyanya dibeli oleh akun-akun Instagram yang lebih besar. Akun-akun itu lalu mengunggah foto lukisan itu. Itulah sebabnya Peter semakin populer.

“Instagram mengizinkan saya menjangkau kelompok orang yang benar-benar baru yang biasanya tidak menikmati karya seni. Like adalah metrik yang bagus untuk membuktikan karya seni Anda berkualitas tinggi–itu adalah validasi untuk ide dan konten Anda,” ujar Peter.
“Tanpa like, pengakuan dalam dunia seni kembali kepada Anda tahu siapa atau selera elitis subyektif,” tambahnya.
Menurut penelitian firma analitik HypeAuditor, saat Instagram pertama menguji coba langkah menyembunyikan like, jumlah like yang diperoleh selebgram di semua negara turun 3 hingga 15%. Terutama untuk para selebgram dengan jumlah follower 5 ribu hingga 20 ribu orang.
Mereka yang mencari penghasilan dari Instagram merasa langkah perusahaan itu merugikan mereka. Bagi mereka, menyembunyikan like akan berdampak negatif. Terlebih, perusahaan-perusahaan sering melihat jumlah like sebagai ukuran kesuksesan promosi iklan mereka.
Pasar selebgram ini naik selama beberapa tahun terakhir ini. Pada 2020, pasar ini diperkirakan mencapai $6,5 miliar. Para selebgram biasanya bekerja sama dengan brand-brand. Mereka dibayar untuk mengunggah foto dengan produk brand kepada ribuan atau jutaan follower. Selebritis seperti Kylie Jenner kerap mempromosikan beragam produk mulai dari vitamin, teh hingga pembersih wajah. Dia dikatakan dibayar $1 juta (Rp 14 miliar) untuk sebuah postingan Instagram bersponsor.
Tapi pihak-pihak lain beranggapan jika like bukanlah ukuran yang valid akan kepopuleran di Instagram. Terlebih dengan munculnya bot atau program yang bisa memalsukan jumlah like dan membeli follower palsu. Bahkan 64% selebgram mengaku mereka pernah membeli follower, berdasarkan hasil studi HYPR pada 2018.
“Like selalu menjadi metrik yang buruk,” kata Gil Eyal, pendiri dan CEO HYPR.
“Like adalah sesuatu yang sangat mudah dimanipulasi dan tidak benar-benar mengungkapkan tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang,” tambahnya.
Banyak brand terpercaya mulai bersikap cerdas di tengah-tengah epidemik selebgram membeli like dan jumlah follower, kata Matt Zuvella, juru bicara platform marketing selebgram FamePick. Menyembunyikan like hanya akan mempercepat proses ini.
“Ini adalah momen pembalasan untuk industri. Orang-orang yang memalsukan akan memudar dan orang-orang yang orisinil akan menonjol,” tambahnya.
Bahkan beberapa influencer berkata mereka siap dengan perubahan ini. Misalnya Stephanie Tyler, yang memiliki 32 ribu follower. Saat pertama mendengar Instagram akan menyembunyikan like, dia terkejut dan kuatir akan penghasilannya. Tapi dia akhirnya antusias dengan perubahan ini.
“Saya tidak siap, karena saya merasa ukuran nomor 1 yang paling sering dilihat orang adalah like. Tapi begitu saya berhasil menenangkan diri, saya menyadari jika hal ini akan berdampak positif untuk para kreator konten. Langkah ini akan menyortir orang-orang yang menggunakan layanan pihak ketiga untuk membeli like dan follower palsu dan memaksa para kreator meningkatkan permainan mereka,” ujar Stephanie.
Editor : Ranu Ario