Solo — Laskar Sambernyawa Persis Solo yang berkecimpung di Divisi Utama LPIS memang tengah dihadapkan dengan kondisi krisis finansial. Hal itu kini berimbas pada aksi mogok para pemain untuk berlatih. Adanya kondisi ini, manajemen Persis LPIS pun akan memaksimalkan pendapatan dari tiket pertandingan.
Persis sendiri masih menyisakan dua laga home lagi sebelum menutup paruh pertama kompetisi. Manajer Persis LPIS Joni Sofyan Erwandi mengakui bahwa tak ada jalan lain untuk mengejar pendapatan tiket penonton untuk menutup biaya operasional klub.
“Dengan kondisi yang kami alami saat ini, otomatis kami hanya bisa mengandalkan pendapatan dari penjualan tiket. Tak ada hal lain yang bisa dilakukan,” bebernya.
Wacana mencoba bermain pada malam hari pun akan dipertimbangkan oleh Persis LPIS. Meski secara beban sewa Stadion Manahan diperkirakan akan membengkak, cara tersebut patut untuk dicoba. Apalagi kondisi keuangan Persis juga sedang mengkis-mengkis. Biaya sewa Stadion Manahan sendiri saat digunakan pada malam hari mencapai Rp 27 juta.
“Untuk saat ini, kami menyerap semua aspirasi terlebih dahulu dari berbagai pihak. Apakah bisa mencoba memainkan laga kandang di malam hari. Terus terang, uang dari hasil pendapatan tiket itulah yang akan digunakan untuk mendukung kebutuhan operasional Persis,” jelas Roy.
Sementara itu, kondisi semakin runyam terus menghampiri Persis LPIS. Dikabarkan pihak pemilik mess tempat para pemain menginap, menagih tunggakan pembayaran sewa kepada manajemen. Bahkan disinyalir para pemain Persis yang masih berada di mess, bakal diminta meninggalkan penginapan apabila tak kunjung melakukan pembayaran.
“Tadi ada peringatan bahwa kalau sampai besok nggak melunasi tunggakkan, pemain yang tinggal di mess disuruh keluar. Kami berharap hal itu jangan sampai terjadi, semoga manajemen ada jalan keluarnya,” ujar salah seorang punggawa Persis LPIS yang enggan disebutkan namanya, Rabu (22/5) petang.