Sukoharjo — Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dituntut adanya evaluasi oleh sejumlah pihak, tidak terkecuali oleh Ketua Majelis Luhur Taman Siswa, Sri Edi Swasono. Hal itu menyusul materi ujian yang diujikan dinilai tidak nasionalis.
Menurut Edi, evaluasi harus dibedakan sesuai substansi dan materinya. Edi cenderung menyalahkan materi yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). Materi yang di ujikan dalam UN di Indonesia tidak tepat. Jika tidak diubah, sama saja memberikan pembekalan ilmu kepada generasi muda untuk menjadi jongos globalisasi.
“Kalau materinya seperti Matematika itu saja, sama saja mejadikan siswa ini sebagai jongos globalisasi. Sebagai kuli asing. Masa ya kaya gitu. Seharusnya, yang diujikan itu tentang sejarah, pancasila dan ilmu bumi,” tegasnya.
Edi mengatakan, jika masalah distribusi soal UN yang semrawut itu merupakan masalah kecil. Karena masalah distribusi dilakukan akibat human error. Namun, jika dari segi materi yang diujikan merupakan hal yang fatal yang seharusnya dievaluasi kedepan.
“Ilmu Bumi, Pancasila dan Sejarah itu kita dapat membentuk satu pola pikir bangsa yang Bhineka Tunggal Ika. Bagaimana sejarah bangsa ini, ilmu bumi negara ini dan pancasila sebagai dasar negara boleh ditambahkan dalam materi ujian nasional,” tuturnya.
Mantan Menteri Koperasi tersebut menjelaskan, jika ilmu nasionalis sangat penting untuk membangun mental generasi muda. Dapat dibayangkan, jika pelajar tidak mengetahui hal-hal tentang tanah air, apakah dapat menjadi pahlawan di tanah air sendiri.
“Saya dulu pernah mogok mengajar. Pada waktu itu saya menjadi dosen di salah satu universitas di Jakarta. Saat itu, saya menemui kasus jika tanah air tidak dikenal oleh generasi muda. Apa yang terjadi, kupang disebut pulau, dan ibukota kupang adalah NTT. Saat diminta untuk menuliskan, NTT ditulis menjadi en te te. Coba bayangkan, apakah bisa di katakan aku pahlawan akan membela tanah air, tanah air yang mana?” ucap Edi.