Solo — Tim Pengabdian Farmasi UNS melakuk
“Kegiatan pengabdian ini memakai skema Program Kemitraan Masyarakat bersumber dari dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) UNS tahun anggaran 2019,” ujar Wisnu Kundarto kepada wartawan, di Rektorat UNS, Solo, Selasa (26/11).
Wisnu mengatakan, hasil uji organoleptik dan kesukaan terhadap prototype permen yang dihasilkan menunjukkan secara umum tekstur, aroma dan warna dapat diterima responden. Akan tetapi prototype ini masih memerlukan penyempurnaan dalam hal rasa mengingat masih berasa khas jamu sehingga masih terasa kurang manis.
Tim masih terus melakukan monitoring dan evaluasi, terutama dalam mengembangkan prototype sehingga dapat menjadi bentuk diversifikasi produk mitra yang lebih berkualitas dan layak jual.
Menurutnya, jamu merupakan istilah obat tradisional berbahan alami khas Indonesia yang telah diwariskan secara turun-temurun untuk menjaga kesehatan tubuh.
Minat masyarakat Indonesia terhadap jamu masih ada meskipun berbagai jenis suplemen dan vitamin banyak beredar. Jamu menjadi salah satu pilihan masyarakat modern untuk menjaga stamina tubuh. Industri jamu pun sudah menunjukkan eksistensinya. Jumlah konsumsi jamu diperkirakan akan terus meningkat, mengingat masyarakat mulai beralih menggunakan produk alami.
Hal ini dimanfaatkan oleh Indrawati Kurnia Setyani, pemilik home industry Jeng In Jamu Homemade di Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman, DIY untuk berwirausaha dengan membuat minuman jamu segar kunyit asam, gula asam, dan beras kencur yang dikemas dalam botol. Usaha ini sudah dirintis sejak 2013 dan telah mendapatkan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
Indrawati mengenukakan. produk minuman jamu kunyit asam merupakan produk yang paling diminati konsumen. Kendala yang dialami adalah produk ini tidak dapat bertahan lama dan maksimal disimpan selama tiga hari dalam almari es. Oleh sebab itu produksi jamu segar ini tidak dapat dilakukan rutin setiap hari. Selain itu produksi jamu masih menggunakan peralatan yang terbatas sehingga dirasa kurang efisien.
Editor : Marhaendra Wijanarko