Solo — Jumlah penyandang HIV/AIDS yang tercatat di Kota Solo terus bertambah setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya para penyandang mengenai pentingnya menanggulangi dan menangani HIV/AIDS.
“Semakin banyak yang melaporkan diri semakin baik. Karena mereka akan mendapat perawatan,” kata Staf Administrasi dan Keuangan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Solo, Hariyanti, Minggu (1/12).
Hingga awal kuartal ketiga 2019, jumlah Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kota Solo tercatat sebanyak 700. Meningkat dibanding 2018 sebanyak 688. Namun di tahun 2018 tersebut, jumlah ODHA yang tercatat melonjak tajam dibanding 2017 yaitu 443 orang. Wanita yang akrab disapa Yanti itu menerangkan meningkatnya jumlah ODHA justru baik untuk penanganan dan pencegahan HIV/AIDS.
“Langkah pertama untuk penanganan dan pencegahan HIV/AIDS kan harus identifikasi dulu. Semakin banyak yang teridentifikasi semakin bagus,” kata dia.
Untuk penanganan dan pengobatan HIV/AIDS, KPA Solo menerapkan rumus 90-90-90. Yaitu 90 persen teridentifikasi, 90 persen menjalani Antiretroviral Therapy (ART), dan 90 persen mencapai Undetectable Viral Load (UVL). Jumlah penyandang yang terdeteksi yang terus meningkat menunjukkan bahwa target 90 persen teridentifikasi semakin dekat.
“Kalau tidak terdeteksi bagaimana mau diobati,” katanya.
UVL adalah kondisi di mana jumlah virus di dalam darah sudah tidak terdeteksi lagi. Di tahap ini, ODHA yang sudah mencapai UVL tidak lagi dapat menularkan virus. Namun bukan berarti ia bisa dinyatakan sembuh. Sebab jika ia berhenti mengonsumsi obat, virus HIV/AIDS akan kembali aktif dan bisa menular melalui darah dan hubungan seks.
Yanti mengakui untuk mencapai tingkat identifikasi 90 persen bukan perkara gampang. Stigma negatif di mata masyarakat kadung melekat terhadap ODHA. Hal itu menyebabkan ODHA enggan melaporkan dirinya untuk mendapat pengobatan yang layak.
“Ini masih menjadi PR (Pekerjaan Rumah) kami. Nyatanya masih banyak terjadi pengucilan dan diskriminasi terhadap ODHA. Bahkan dari ODHA yang kami tangani masih ada yang belum terbuka terhadap keluarganya sendiri karena takut dikucilkan,” kata dia.
Editor : Wahyu Wibowo