Karanganyar — Melalui Festival Bendera di Desa Plumbon, Tawangmangu, Minggu (1/12), seni pertunjukan yang disajikannya mengedukasi nilai interkultural dan multikultural. Hal itu dikemukakan Heru Prasetya yang akrab disapa Heru Mataya, dari Mataya Arts & heritage di sela festival yang digelar di Desa Plumbon, Tawangmangu, Minggu (1/12).
Di berbagai sudut desa ini, bendera beraneka warna berkibar kencang oleh tiupan angin. Bertambah semarak saat warga melakukan arak-arakan bendera, dari depan SDN Plumbon 3 menuju Rumah Atsiri Indonesia yang berjarak 200-an meter. Bendera merah putih sepanjang 100 meter juga ikut diarak dan dibawa oleh personel Paskibraka Karanganyar.
“Bendera secara universal adalah makna identitas, kebebasan, kebanggaan, kebesaran dan peristiwa sejarah dari suatu bangsa, masyarakat, atau komunitas,” ucap Heru.
Penyelenggaran tahun ini merupakan yang kedua, setelah festival pertama digelar di Bukit Tukndero, Gerdu, Karangpandan, 30 Desember 2017 silam.
“Tahun ini, kami mengangkat tema Cerita Bendera tentang Bendera. Kami ingin mengajak masyarakat untuk melihat bendera sebagai bagian dari keragaman dunia,” katanya.
Melalui festival ini, ia juga ingin menunjukkan pada khalayak luas bahwa masyarakat di desa bisa memberi contoh tentang kehidupan yang beragam. Selama sehari penuh, warga Plumbon dan pengunjung dihibur beragam pertunjukan seni yang terkait dengan penyelenggaraan Festival Bendera. Seluruh kegiatan, berlangsung di beberapa sudut Rumah Atsiri Indonesia. Antara lain etnik musik drum blek, workshop melukis bendera, pentas tari kalang sunda, fashion show dan sebagainya.