Solo – Layanan kesehatan untuk penyandang disabilitas di Kota Solo dinilai belum memadai. Minimnya kemampuan petugas faskes berkomunikasi dengan penyandang disabilitas bisu dan tuli menjadi sorotan.
“Misalnya waktu di antrean, mereka masih kesulitan memanggil pasien dari teman-teman bisu dan tuli. Karena tidak ada yang bisa bahasa isyarat,” kata Ketua Tim Advokasi Disabilitas (TAD) Solo, Sri Widarti, di sela puncak peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2019, di Balaikota Solo, Selasa (3/12).
Kendala komunikasi ini, lanjut Darti menjadi masalah bagi penyandang disabilitas. Selama ini mereka mengatasi kendala tersebut dengan mengajak saudara atau teman yang menjadi penterjemah. Namun hal itu dianggap mengurangi kemandirian penyandang disabilitas.
“Otomatis teman-teman bisu-tuli harus tergantung kepada orang lain.
Masalah ini, lanjutnya, telah menjadi pembahasan dalam Diskusi Kelompok Terbatas (DKT) yang diadakan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo tahun ini. Bahkan Puskesmas Gajahan sudah menindaklanjuti dengan meminta pelatihan bahasa isyarat dari penyandang tuli.
“Tapi baru satu Puskesmas itu. Yang lain belum,” katanya.
Dari aspek infrasturktur, Darti mengakui faskes di Solo memang sudah ramah disabilitas. Semua faskes dari tingkat Puskesmas hingga Rumah Sakit Umum Daerah tingkat Provinsi yang ada di Solo sudah menyediakan ramp untuk akses pengguna kursi roda.
Penunjuk jalan di rumah sakit umumnya sudah dibuat dengan warna-warna yang mudah dibedakan penyandang buta warna.
“Sebenarnya akses teman-teman disabilitas di Solo ke faskes yang ada sudah bagus. Tapi kita melihat masih perlu dikembangkan lagi,” katanya.
Isu layanan kesehatan inklusif ini sejalan dengan Peta Jalan Sistem Layanan Kesehatan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas 2020-2024 yang diluncurkan Pemerintah Pusat di HDI 2019. Peta jalan ini menjadi rujukan kebijakan dan program bagi pemangku kepentingan bidang kesehatan di tingkat pusat maupun daerah.
Dalam Peta Jalan tersebut Kementerian Kesehatan berperan meningkatkan akses bagi penyandang disabilitas dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan berkualitas.
Pelayanan kesehatan ini meliputi pelayanan berbasis institusi seperti upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi di fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas hingga Rumah Sakit Umum Daerah.
Editor : Dhefi Nugroho