Solo — Tim Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Lembaga Penelitian Dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) menerapkan teknologi tepat guna untuk menanggulangi hama padi di Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten.
Tim tersebut diketuai Dr Supriyadi MS (FP UNS), dengan anggota Setya Nugraha SSi MSi (FKIP UNS), dan Dr Drh Yanuartono MP (F-Kedokteran Hewan UGM).
“Tikus sawah dengan nama ilmiah Rattus argentiventer adalah hama yang paling merusak dan merugikan petani, termasuk yang dialami para petani di Kecamatan Juwiring,” jelas Dr Supriyadi kepada wartawan, di Kampus UNS, Solo, Kamis (5/12).
Menurutnya, beberapa petani padi di wilayah Kecamatan Juwiring bahkan ada yang tidak berani menanam padi dan membiarkan lahan sawahnya bera/tidak ditanami apa-apa. Untuk itu Tim Pengabdian masyarakat dari PPLH UNS melakukan kegiatan penerapan teknologi ke masyarakat dalam rangka mengendalikan hama tikus yang efektif, ramah lingkungan dan berdampak jangka panjang, yakni dengan pemasangan Trap Barrier System (TBS) dan pemanfaatan burung hantu, dengan dibuatkan Rubuha (Rumah Burung Hantu) sebagai sarangnya.
Supriyadi mengemukakan, TBS merupakan teknik pengendalian tikus dengan prinsip memasang perangkap di lahan padi. Komponen TBS terdiri atas: (1) Dinding sebagai pagar dengan bahan fiber, agar tahan lama dan dapat dipasang berulang-ulang; (2) Bubu perangkap dari ram kawat; dan (3) Tanaman pemikat (lure crop), yaitu tanaman padi yang telah membentuk malai isi. Pemasangan TBS akan efektif apabila padi di lahan sekitarnya belum mencapai masa bunting/bermalai atau pada masa bera.
Oleh karena itu, tanaman padi untuk TBS harus ditanam terpisah atau menggunakan tanaman padi yang panen terakhir, apabila masa tanam tidak serentak. Tikus akan masuk ke TBS karena mencari padi yang mengandung pati/karbohidrat sebagai kebutuhan pakan pokok guna tikus berkembang biak. Bubu berangkap di pasang sore hari dan diperiksa pagi hari. Tikus yang terperangkap dalam bubu dibunuh dengan cara ditenggelamkan. TBS modifikasi ini cukup efektif, yakni mampu menangkap antara 1-18 ekor setiap malam pemasangan. Jumlah lubang/sarang aktif tikus di sekitar lokasi pemasangan TBS juga turun signifikan.
“Hal ini menunjukkan bahwa TBS efektif menurunkan populasi tikus di lapangan,” ujarnya.
Beberapa poin penting terkait pengendalian tikus dengan TBS dan Burung Hantu:
Pemasangan TBS efektif apabila dipasang dengan benar, baik cara pemasangan, waktu pemasangan dan tanaman padi dalam TBS, yakni padi fase generatif dan tanaman padi sekitarnya baru pindah tanam (fase vegetatif awal) atau bera.
Pemasangan Rubuha (rumah burung hantu) di wilayah serangan tikus bersinergi baik dengan TBS guna mengendalikan populasi tikus dalam jangka panjang.
Pola tanam dengan selingan bukan padi dan waktu tanam padi serempak perlu dikembangkan dan dijalankan petani untuk mengurangi perkembangbiakan tikus dan populasinya.
Editor : Marhaendra Wijanarko