Solo — Sebelumnya Serdar Sergezdan tidak mengerti bahasa Indonesia sama sekali. Namun saat dia memutuskan belajar bahasa Inggris di Indonesia, pemuda ini mampu menguasai bahasa Indonesia hanya dalam waktu tiga bulan. Hal ini diungkapkan Serdar Sergezdan saat mengisi kelas ke-59 AkBer Solo, Jumat (14/6) di IT Mall Solo Computer Center Point (CCP), Purwosari, Solo, Jumat (14/6) sore.
Mahasiswa semester 6 Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (FKIP UNS) itu mengatakan, pada awalnya mengikuti kursus bahasa Indonesia saat kali pertama datang di negara ini. “Kursus itu diisi oleh seorang dosen dari UNJ (Universitas Negeri Jakarta. Dua jam per sesi,” terangnya. Namun bukan kursus itu yang membuatnya bisa berbahasa Indonesia dengan cukup lancar.
“Dibandingkan dengan rekan-rekan lain yang berasal dari negara yang sama, yang sudah tinggal di Indonesia lebih lama, saya bisa berbicara bahasa Indonesia lebih fasih,” akunya. Hal ini dikarenakan dia tidak merasa malu untuk berbicara di setiap kesempatan dengan masyarakat Indonesia yang ada di sekitarnya.
Serdar sendiri memutuskan belajar bahasa Inggris di Indonesia atas rekomendasi dari organisasi nirlaba di Turkmenistan yang membiayai pendidikannya semenjak dia kecil. Dia datang ke Indonesia di awal tahun 2009 dan tinggal di Jakarta. Baru pada 2010, dia mulai kuliah di Solo. Selama kuliah di UNS, pemuda kelahiran Juni 1990 itu tinggal di sebuah asrama di Gemolong, Sragen.
Ditemui seusai acara, pemuda itu mengaku bahwa kali pertama menginjakkan kaki di Jakarta, dia mengaku terkejut. “Di Jakarta, suhunya panas tapi juga lembab. Selain itu, kemacetan ada di mana-mana,” akunya.
Dia mengakui tantangan yang dia alami waktu kali pertama tinggal di Indonesia selain cuaca panas adalah perbedaan makanan. “Makanan pokok di Turkmenistan adalah roti, sementara di Indonesia adalah nasi. Sementara itu, kami terbiasa dengan rasa asin. Jarang ada makanan dengan rasa manis dan pedas,” katanya. Tapi dia sendiri mengakui bahwa dia menyukai makanan manis dan pedas yang ada di Indonesia.
Serda sendiri menguasai enam bahasa bahasa yaitu Turkmen (bahasa resmi Turkmenistan), Kazakh (bahasa resmi Kazakhstan, negara tetangga Turkmenistan), bahasa Rusia, bahasa Turki , Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Dia mengaku pada awalnya dia kesulitan menghafalkan kata-kata dalam bahasa Indonesia, tapi merasa tertolong dengan kesamaan tata bahasa antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Bagaimana pendapatnya tentang orang-orang Solo? “Orang-orang Solo lebih ramah,” ujarnya.