Sukoharjo — Guru Besar Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof Dr Muhammad Dai MSi Apt mengemukakan, senyawa-senyawa yang berasal dari tanaman Indonesia perlu terus dielaborasi khususnya untuk mendapatkan antikanker yang bersifat nontoksik.
“Pengembangan dapat diarahkan pada senyawa dari tanaman Indonesia untuk dimanfaatkan sebagai lead compound untuk selanjutnya dilakukan modifikasi, sehingga diperoleh senyawa dengan karakter fisika, kimia, biologis dan farmakologis yang lebih baik,” jelas Muhammad Dai kepada Timlo.net, di Rektorat UMS, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Senin (9/12).
Dai menguraikan, tanaman Indonesia mengandung senyawa-senyawa yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen kemoterapi yang bersifat nontoksik, selektif dan aman. Modifikasi senyawa dari tanaman menjadi turunan dan analognya dapat meningkatkan sifat farmakologis, fisik dan kimia dari senyawa induk.
“Artinya pengembangan kurkumin menjadi PGV-1 dapat menjadi model pengembangan senyawa dari tanaman Indonesia untuk dijadikan sebagai agen kemoterapi,” ungkap Dai yang juga Wakil Rektor UMS.
Untuk meningkatkan sifat farmaklogis, sifat fisik dan sifat kimia senyawa tersebut, menurut Dai, dapat pula dilakukan dengan perbaikan formula antara lain dengan teknik nanoformulasi maupun dengan formulasi untuk terapi tertarget.
“Termasuk pemanfaatan dari senyawa-senyawa tersebut dapat dimanfaatkan baik sebagai kombinasi maupun sebagai agen tunggal,” jelasnya.