Sragen – Kelangkaan pupuk mulai dirasakan para petani di Sragen. Pupuk bersubsidi yang disediakan pemerintah hilang dipasaran. Untuk mengganti ke pupuk non subsidi petani harus merogoh kocek lebih dalam.
”Saya mencari di kelompok tani tempat saya kosong. Mencari di luar juga sulit, meskipun ada harganya agak mahal mas,” ungkap Siswanto (63), petani asal Dukuh Trombol, Desa Ketro, Kecamatan Tanon, Rabu (11/12).
Sejumlah petani di Kecamatan Tanon mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Kesulitan mendapatkan pupuk dirasakan sejak beberapa minggu lalu. Jenis pupuk yang mengalami kekosongan antara lain Ponska dan Urea.
Sementara perbandingan harga pupuk bersubsidi dengan yang non subsidi sangat timpang. Seperti pupuk Ponska bersubsidi Rp 120 Ribu sedangkan non subsidi Rp 135 Ribu. Sedangkan Urea bersubsidi Rp 95 Ribu khusus kelompok tani, Urea non subsidi Rp 115 Ribu.
Siswanto menyampaikan kelangkaan pupuk terjadi sejak beberapa minggu lalu. Karena sangat sulit mendapat pupuk bersubsidi, dia kesulitan menjalani masa pemupukan. Seharusnya saat ini sudah mulai melakukan pemupukan tahap dua. Tetapi di lapangan pupuk jenis urea dan ponska sangat langka.
Dia menjelaskan untuk mendapatkan pupuk jenis urea dan ponska harus beli non subsidi dengan harga yang cukup tinggi. Selain itu mencari di sekitar desanya juga sulit.
”Ini dapatnya agak mahal hampir Rp 150 Ribu, carinya di daerah Tanon pupuk ponska ini,” kata dia.
Menanggapi keluhan petani ini, Kepala Dinas Pertanian Sragen Eka Rini Mumpuni menegaskan, kelangkaan pupuk bersubsidi lantaran persediaan terbatas dan kurang dari pengajuan.
”Kami sudah tahu kalau kurang, karena usulan sesuai RDKK itu sudah kita ajukan sesuai kebutuhan. Tetapi turunnya berdasarkan kuota, jatahnya se Indonesia,” ujar Eka.
Dia menjelaskan dosis penggunaan pupuk subsidi terpaksa dikurangi karena persediaan terbatas. Dia juga mengakui selisih harga pupuk dengan yang non subsidi cukup tinggi.
Editor : Wahyu Wibowo